JABARNEWS | PURWAKARTA –Hujan yang sering mengguyur wilayah Kabupaten Purwakarta, berdampak kepada produksi industri keramik Plered Purwakarta, Karena para produsen tidak bisa menjemur gerabah-gerabahnya, dengan mengandalkan panas terik matahari.
Tingginya intensitas curah hujan beberapa waktu lalu, mengakibatkan produksi keramik Plered Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mengalami penurunan 30 hingga 40 persen.
Jejen salah satu produsen keramik plered, di Kampung Cupu, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta, kini hanya mengandalkan pengeringan gerabah-gerabahnya, dengan sistem pengeringan menggunakan rak-rak, yang mengandalkan hembusan angin.
“Untuk mensiasati agar tetap berproduksi, Kami mengeringkan gerabah di atas rak-rak yang dibuat dengan bahan seadanya. Agar gerabah bisa kering dengan hembusan angin,” kata Jejen, Senin (5/2/2018)
akibatnya, produksi keramik Plered milik jejen ini, mengalami penurunan pencapaian target produksi 30 hingga 40 persen.
“Di saat cuaca normal, biasanya saya bisa memproduksi gerabah hingga 90 persen, dengan total produksi 50 buah gerabah berbagai jenis dan ukuran,” Cerita dia.
Lanjut dia, dengan membutuhkan proses waktu penjemuran 2 hingga 3 hari gerabah sudah kering.
“Namun saat kondisi cuaca hujan seperti sekarang ini, proses waktu penjemuran bisa memakan waktu 4 HARI hingga 1 minggu lamanya,” pungkasnya. (Gin)
Jabarnews | Berita Jawa Barat