Meskipun begitu, tambah Nezar, ada sejumlah isu penting terkait AI yang dampaknya juga ke industry media. Misalnya, AI dapat berpotensi memberikan halusinasi, sehingga harus dilatih yang muncul biasnya. Hal ini penting mengingat saat meng-crawling data, bisa saja data tersebut tidak disiapkan dengan baik maka disinformasi bisa terjadi.
Berikutnya, terkait tantangan perlindungan hak cipta. Hal ini berpotensi serius karena tata cara meng-crawling data oleh AI berpotensi melanggar hak cipta. “Banyak data-data penulis, gambar, suara yang di-crawl oleh generative AI, sehingga bisa ciptakan sesuatu hasil yang dia crawl. Di sini ada unsur-unsur yang dilanggar dari karya-karya yang diambil oleh AI,” kata Nezar.
Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut membenarkan bahwa datangnya era AI bisa membantu atau malah sebaliknya bagi industri media. Untuk itu, ia berharap, perusahaan media bisa menghadapi disrupsi ini.
“AI bisa bantu dari sisi operasional newsroom. Orang selalu bilang bahwa open AI, open problem. Selalu datang membantu kita dengan format yang sangat dahsyat, tetapi bisa juga sangat dahsyat impactnya,” katanya.
Di sisi lain, Wens juga menyinggung concern AMSI hingga saat ini yakni mendorong hak-hak perusahaan media dalam publisher rights agar bisnisnya tetap baik. Ia berharap isu publisher rights ini segera rampung karena hal ini tidak hanya berkaitan konvensional platform saja tapi juga berkaitan dengan platform baru seperti TikTok dan micro community.