Program Bus By The Service (BTS) dan angkutan kota (angkot) ber-AC menjadi salah satu solusi. “Penambahan kapasitas jalan memang dibutuhkan, tetapi fokus utama kami adalah meningkatkan layanan angkutan umum,” ungkapnya.
Dalam mengatasi masalah banjir, Pemkot Depok akan melakukan penataan drainase dan penataan situ yang ada di wilayahnya. Selain itu, pemerintah juga berencana menambah embung sebagai area resapan air bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Terkait pengelolaan sampah, Pemkot Depok menerapkan dua strategi berbeda di tingkat hulu dan hilir. Di hulu, Pemkot sedang mendorong budidaya maggot dan pengolahan biokompos di tingkat rumah tangga.
Dadang menyebut, jika setiap rumah tangga di Depok yang berjumlah sekitar 500 ribu Kepala Keluarga (KK) mampu memproses 0,5 kilogram sampah per hari, maka 260 ton sampah dapat direduksi setiap harinya.
Sementara di hilir, Pemkot Depok bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk mengolah sampah menggunakan metode refuse-derived fuel (RDF), salah satunya dengan PT Semen Cibinong. “Selain itu, kami juga mengembangkan insenerator yang berbasis teknologi ramah lingkungan,” tambah Dadang.
Pemkot Depok berharap partisipasi aktif masyarakat dapat memperkuat efektivitas program pembangunan yang telah dirancang.
Semua langkah tersebut, mulai dari pengelolaan sampah hingga penataan wilayah, ditargetkan dapat memperbaiki kualitas infrastruktur dan layanan publik secara menyeluruh, sejalan dengan visi pembangunan Kota Depok. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News