Biasanya, dua hari sebelum tahun baru, volume kendaraan wisatawan meningkat tajam di sepanjang jalur menuju pantai, mencapai puncaknya pada malam pergantian tahun. Namun, kali ini, arus lalu lintas tetap lancar tanpa lonjakan signifikan.
Penurunan jumlah wisatawan juga berdampak pada tingkat hunian hotel yang biasanya mencapai 90 persen lebih selama periode ini. Tahun ini, angka tersebut turun drastis menjadi kurang dari 30 persen.
“Pada pergantian tahun 2023 ke 2024, okupansi hotel lebih dari 90 persen. Namun, di akhir 2024 hingga awal 2025, tingkat hunian hanya mencapai sekitar 30 persen,” jelas Ade.
Selain bencana, faktor cuaca juga menjadi penyebab utama. Hujan deras yang terus mengguyur wilayah Sukabumi sejak H-3 hingga malam pergantian tahun membuat wisatawan enggan mengambil risiko.
Sementara itu, situasi berbeda terlihat di wilayah utara Sukabumi. Beberapa objek wisata seperti Pondok Halimun di Kecamatan Sukabumi justru dipadati pengunjung.
Banyak wisatawan dari luar daerah tetap datang meskipun hujan deras melanda. Mereka menikmati suasana pergantian tahun di bawah kaki Gunung Gede, sambil memandang gemerlap lampu-lampu rumah penduduk di perbukitan.
Ade berharap situasi ini menjadi pembelajaran untuk memperbaiki kesiapan infrastruktur dan mitigasi bencana di masa mendatang, sehingga pariwisata di Sukabumi dapat bangkit kembali. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News