“Di konsumen Rp30-33 ribu normal. Peternak bisa mendapatkan untung. Harga di tingkat konsumen tinggi tapi di peternak margin tidak terlalu tinggi. Perlu perbaikan rantai pasok, mulai dari primer peternak, RPH sampai konsumen, rantai pasok kadang tidak hanya 3-4 titik,” jelasnya.
Terkait ketersediaan pakan, Bagus menilai bahwa pemerintah harus swadaya memperbanyak produksi dalam negeri dan tidak bergantung pada impor. Sehingga ketika terjadi dinamika global, kondisi ketahanan pangan tidak mengalami kendala.
“Ini kalau kita tidak punya kemandirian dalam pasokan pakan, khususnya di sektor tanaman pangan. Meningkatkan produksi jagung, maka jangka panjang sulit turun kembali (harga ayam potong),” ucapnya.
Maka dari itu, Bagus berharap, pemerintah dapat melakukan tindakan preventif dalam menjaga ketersediaan bahan baku produksi, dalam hal ini pakan ayam. Guna menormalisasi harga di kemudian hari.
“Langkah kita dari pemerintah adalah bagaimana meningkatkan produksi jagung yang komponen terbesar dalam pakan. Kalau pakan bisa ditekan, maka HPP akan turun dan peternak menikmati keuntungan saat harga jual turun. Sekarang masih sulit,” imbuhnya.