Ia juga menambahkan bahwa politik uang hanya akan menghasilkan pemimpin yang tidak memiliki komitmen untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Pemimpin yang terpilih melalui cara-cara ini cenderung akan lebih fokus pada pengembalian modal kampanye daripada melayani masyarakat dengan baik.
“Perilaku pragmatis dan jual beli suara dapat merusak esensi demokrasi. Sebab pemimpin yang terpilih nantinya dipastikan tidak sesuai dengan tujuan awal, tidak memiliki kemampuan menjadi pemimpin, tidak jujur, dan tidak bisa menolak korupsi,” katanya.
Pragmatisme dalam memilih pemimpin, katanya, berbahaya. Memilih pemimpin hanya karena keuntungan jangka pendek atau manfaat pribadi akan merusak tatanan demokrasi. Masyarakat harus kembali kepada idealisme bahwa pemimpin yang dipilih haruslah mereka yang memiliki visi jangka panjang untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, Ihsanudin mengajak seluruh pemuda dan masyarakat untuk menolak segala bentuk politik uang dan pragmatisme. Ia menekankan pentingnya memilih pemimpin berdasarkan nilai-nilai idealisme dan integritas.
Ihsanudin mengatakan ada beberapa langkah konkret yang dapat diambil oleh pemuda untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga stabilitas dan keamanan menjelang Pilkada.