Hal serupa diungkapkan Rektor UNISA, Nurul Iman Hilma Amrullah, yang menyoroti kemudahan akses informasi di era digital. Menurutnya, berbagai berita dari seluruh penjuru Indonesia kini dapat diakses dalam hitungan detik, namun sayangnya, kemudahan ini sering kali tidak disertai pengawasan yang memadai.
“Di era digital ini, informasi apa pun dapat langsung kita terima tanpa filtrasi. Penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman dan kemampuan memfilter informasi, agar tidak termakan berita bohong,” kata Iman.
Ia menambahkan, literasi media harus menjadi filter utama dalam menghadapi banjir informasi. “Jika dulu orang tua kita mudah membedakan mana informasi yang benar dan hoaks, kini kita harus mengandalkan literasi media yang lebih kuat,” tegasnya.
Komisioner Bidang Kelembagaan KPID Jawa Barat, Syaefurrochman Achmad, juga menyoroti tantangan yang muncul akibat media baru yang terus berkembang pesat. Ia mengungkapkan bahwa hingga kini belum ada regulasi yang secara eksplisit mengatur media baru, sehingga konten yang diunggah sering kali tidak mempertimbangkan dampak dan risiko bagi masyarakat.
“Masyarakat, khususnya generasi muda, harus memiliki literasi yang baik tentang media. Regulasi tentang media baru masih sangat minim, sehingga penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran dan pengawasan,” jelas Syaefurrochman.