“Saya diberitahu untuk langsung membayar parkir. Karena tidak membawa uang tunai, saya meminta untuk membayar nanti setelah acara selesai. Namun, petugas itu malah meminta saya untuk melakukan transfer,” ujar Tasha saat dikonfirmasi pada Minggu (1/9).
Tasha mengatakan bahwa ia sangat terkejut ketika petugas parkir tersebut menyebutkan tarif yang harus dibayar adalah Rp150 ribu. Menurut Tasha, petugas tersebut beralasan bahwa tarif parkir tersebut sudah menjadi standar untuk acara wisuda di kawasan itu.
“Saya benar-benar tidak percaya ketika dia mengatakan Rp150 ribu. Rasanya tidak masuk akal, apalagi tarif parkir di tempat lain tidak sebesar itu,” keluh Tasha kepada awak media.
Setelah merasa tidak masuk akal, Tasha pun menolak membayar tarif yang diminta dan mencoba meninggalkan tempat tersebut untuk mencari parkir lain. Namun, petugas parkir kemudian mulai menurunkan tarif parkir yang ditawarkannya.
“Awalnya dia menurunkan tarif menjadi Rp130 ribu, tetapi saya tetap menolak. Saya hanya ingin membayar tarif parkir normal, paling tidak Rp15 ribu atau Rp20 ribu,” kata Tasha.
Petugas parkir yang menggunakan rompi biru dengan garis oranye akhirnya setuju untuk menurunkan tarif secara bertahap, dari Rp100 ribu, kemudian Rp70 ribu, dan akhirnya mencapai kesepakatan di angka Rp35 ribu.
“Setelah proses tawar-menawar yang panjang, akhirnya dia setuju dengan tarif Rp35 ribu, dan saya pun membayarnya,” ujar Tasha.
Kasus ini menambah daftar panjang keluhan warga Bandung mengenai praktik pungutan liar dan tarif parkir yang tidak masuk akal di kota tersebut. Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu waspada dan tidak segan-segan menolak jika mengalami hal serupa. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News