Bank emok sepintas terlihat memudahkan nasabah dengan layanannya yang cepat dapat uang, tapi di balik itu ada jebakan yang memberatkan nasabah.
Ditambah, dalam kelompok masyarakat menengah ke bawah ada istilah ‘kumaha engke’ (gimana nanti saja) sehingga risiko terjebak bunga berlipat – lipat kerap diabaikan. “Maka BUMDes dan BUMDesma harus bisa mengatasi dua poin tersebut,” tegas Herman.
Solusi yang bisa dilakukan, pertama kata Herman, BUMDes dan BUMDesma harus mengidentifikasi keseharian warga calon nasabah. Jjika reputasi nasabah yang akan melakukan simpan pinjam baik, maka akses keuangannya harus dipermudah.
“Ada modal sosial, karena di desa orang- orang kenal,” katanya.
Solusi kedua, masyarakat perlu diedukasi agar literasi keuangannya meningkat. Selalu menjadikan lembaga keuangan legal dan formal sebagai
pilihan pertama.
“Insyaallah bank emok hilang dengan sendirinya. Kami berupaya menyiapkan desain yang baik,” kata Herman.