“Kita mengetahui bahwa kondisi saat ini sedang sulit, khususnya secara ekonomi. Ini bisa menimbulkan potensi pihak-pihak yang memanfaatkan situasi untuk membujuk masyarakat agar tidak menggunakan hati nurani, melainkan dengan iming-iming uang ala kadarnya,” terangnya.
Sementara itu, calon wakil wali kota nomor urut 2, Dhani Wirianata, meminta masyarakat untuk berani menolak praktik jual-beli suara, atau serangan fajar, menjelang hari pencoblosan pada 27 November mendatang.
Ia menekankan bahwa nilai uang yang diberikan dalam praktik politik uang tidak sebanding dengan masa depan Kota Bandung selama lima tahun ke depan.
“Hitung saja jika kita mendapatkan pemimpin yang menggunakan cara-cara itu. Misalnya, Rp 300.000 untuk memilih, artinya suara mereka (masyarakat) hanya dihargai Rp 60.000 per tahunnya dari pilihan ketika mencoblos. Apakah itu cukup? Dampaknya nyata lima tahun ke depan, dan masyarakat sendiri yang akan terkena imbas dari praktik kotor tersebut,” ungkapnya.
Dhani juga mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam melaporkan praktik politik uang, khususnya serangan fajar.