Selain itu, para peserta juga memperkenalkan pohon literasi dan penataan ulang perpustakaan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan literasi dan minat baca anak di desa tersebut. “Siswa kita minta membaca sekitar 10 menit, lalu menuliskan nama di kertas origami. Kemudian ditempelkan pada pohon literasi yang telah dibuatkan untuk meningkatkan minat baca dan literasi. Dampaknya, minat baca siswa meningkat, dan terdapat perbaikan dalam pencapaian raport literasi di sekolah,” ucapnya.
Para mahasiswa, lanjut dia, juga menyelenggarakan seminar penggunaan aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM) untuk para guru. Hal ini dilakukan agar para guru memahami fitur aplikasi dan merasa terbantu dalam mencari modul ajar. Apalagi, masih ada sebagian guru yang masih kesulitan menggunakan aplikasi.
“Untuk ibu-ibu, kita selenggarakan pelatihan kerajinan tangan dengan memanfaatkan limbah minyak jelantah menjadi lilin aroma terapi dan didaur ulang menjadi lilin alternatif sebagai penerangan pengganti listrik,” kata dia.
Dengan demikian, ibu-ibu rumah tangga yang ada di desa tersebut mendapatkan pengetahuan baru tentang pemanfaatan limbah rumah tangga dan beberapa peserta mulai mencoba membuat lilin sendiri di rumah. Apalagi, minyak jelantah menjadi salah satu limbah yang banyak terdapat di rumah tangga, tetapi pemanfaatannya masih kurang.
Selain itu, para mahasiswa juga membantu dalam hal administrasi desa (SIPANDU KADES) berupa sosialisasi dan pendampingan digitalisasi kantor desa dengan pembuatan blog. Blog ini akan berperan sebagai media untuk membagikan materi pelajaran, informasi pendidikan, kesehatan, UMKM, dan kegiatan terkait kepada komunitas desa.
Hal ini dinilai penting karena bisa menjadi alat untuk mempromosikan potensi desa melalui blog. Terakhir, di desa ini mahasiswa menyelenggarakan pelatihan dan festival untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Digitalisasi menjadi sebuah keharusan bagi UMKM. Makanya, kami berpikir pelatihan digitalisasi bagi UMKM agar transformasi mereka ke arah digitalisasi tidak terlalu terkendala,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Desa Baru, M. Ali dari Universitas Widyatama mengatakan, di grup kedua ini ada 21 orang peserta, yakni 2 orang dari Institut Teknologi Garut, 3 orang dari Universitas Widyatama, 3 orang dari Institut Pendidikan Indonesia, 2 orang dari STKIP Pasundan, 2 orang dari Universitas Galuh Ciamis, 2 orang dari Institut Kesehatan Rajawali, 2 orang dari Jakarta Global University, 3 orang dari Universitas Garut, dan 2 orang Universitas Pasundan.