JABARNEWS | BANDUNG – Sebuah terobosan inovatif dalam meningkatkan literasi anak telah dilakukan oleh sekelompok mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui project sosial bernama TuturKami.
Melalui pendekatan fun-based learning, sejak tahun 2023 TuturKami mengintegrasikan literasi membaca ke dalam kegiatan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.
Menurut Ketua Tim Partnership TuturKami, Haura Raihana Shaliha, dengan pendekatan fun-based learning dapat membantu kemampuan kognitif anak-anak. Hal itu sangat penting, mengingat minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan.
Merujuk data riset Kementerian Komunikasi dan Informatika 2021 dan UNESCO 2022, Haura menerangkan bahwa indeks baca masyarakat Indonesia hanya mencapai 0,001 persen.
“Dengan kata lain, dari 1.000 orang hanya satu orang yang gemar membaca,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Jabarnews.com, Senin (23/12/2024).
Haura menambahkan, kondisi ini diperkuat dengan hasil penilaian World Literacy Level oleh The Program for International Assessment (PISA) yang menempatkan Indonesia pada posisi 10 negara terakhir sejak 2012.
Haura juga memaparkan bahwa Indeks Dimensi Budaya provinsi tersebut berada di angka 26,09 dan menempati posisi ke-20 dari 34 provinsi.
“Angka ini menggambarkan rendahnya kemauan dalam membaca surat kabar cetak, media elektronik/internet, serta minimnya kunjungan ke perpustakaan dan pemanfaatan taman bacaan,” jelasnya.
Menurut Haura, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca.
“Pada faktor penyebab struktural, dapat ditarik pada minimnya dorongan kebiasaan membaca yang dilatih pada pendidikan formal maupun non formal,” katanya.
Selain itu pada metode pengajaran, kata Haura, minimnya fasilitas yang menekankan kemampuan baca secara komprehensif menjadi faktor penyebab rendahnya minat baca.
“Berdasarkan hal-hal itulah, terbentuk project sosial bernama TuturKami dengan visi meningkatkan kebiasaan literasi dalam konteks membaca sejak dini di kehidupan sehari-hari,” jelas Haura.
Ia pun mengungkapkan tiga misi utama yang diusung TuturKami. Pertama, meningkatkan jumlah buku yang dibaca oleh anak dalam periode waktu tertentu. Lalu yang kedua, mendorong anak untuk dapat mengimplementasikan nilai dari bahan bacaan.
“Ketiga, meningkatkan jumlah buku untuk mempermudah akses bahan bacaan anak,” lanjutnya.
TuturKami Hadirkan Literasi Menyenangkan Bagi Anak-anak Dago Elos
Pada periode Juli hingga September 2024, TuturKami menggelar kegiatannya di wilayah Dago Elos, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat.
Dengan fokus pada pendidikan nonformal melalui pendekatan fun-based learning, kegiatan ini dirancang untuk membantu anak-anak yang terdampak konflik sejak 2016 di wilayah Dago Elos Bandung.
Menurut Haura, wilayah Dago Elos dipilih karena pengurus RW setempat membutuhkan pihak ketiga untuk menghadirkan program pendidikan jangka panjang.
“Hal ini dilatarbelakangi dengan terdistraksinya anak-anak di sana dengan konflik sejak 2016 sehingga mereka kehilangan banyak waktu untuk sekolah formal, bahkan untuk sebatas ‘main’ sebagaimana anak pada umurnya,” ungkap Haura.
TuturKami menjawab kebutuhan ini dengan program fun-based learning yang dikemas menarik. Program tersebut berlangsung setiap Minggu pagi di Gedung Serbaguna RW 02, Jalan Dago Elos II.
Haura mengungkapkan dalam 10 kali pertemuan berbagai kegiatan menarik dihadirkan TuturKami, di antaranya:
1. Review Bahan Bacaan
“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi anak untuk menceritakan kembali bacaan yang sudah/sedang mereka baca,” ungkap Haura.
Dengan me-review bahan bacaan, menurutnya, mendorong kemampuan anak untuk memahami bacaan secara komprehensif dan melatih kemampuan berbicara di publik.
2. Sesi Fun-based Learning
Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan anak, baik secara individu maupun kelompok, dalam mengimplementasikan bacaan pada kegiatan sehari-hari.
“Anak-anak akan diberikan bacaan untuk dipahami sebagai petunjuk untuk menjalankan permainan,” terang Haura.
Pada setiap pekannya, lanjutnya, anak-anak dilatih pada kemampuan kognitif yang berbeda-beda, meliputi kemampuan problem solving, understanding bias, seeking information, dan logical reasoning.
3. Sesi Menggambar Jurnal
“Setiap anak diberikan buku gambar sebagai media jurnal. Pada akhir pembelajaran, mereka diminta untuk mendeskripsikan sesi pembelajaran pada buku jurnal tersebut,” kata Haura.
Menurutnya, kegiatan ini akan membiasakan anak untuk merekam atau mencatat materi pengajaran secara menyenangkan.
Lebih lanjut Haura mengungkapkan, TuturKami bersama ITB Press menerbitkan empat buku yang sesuai dengan nilai-nilai kognitif selama kegiatan. Buku-buku ini memiliki keunikan tersendiri, seperti ilustrasi yang dibuat langsung oleh anak-anak dari sesi menggambar jurnal dan narasi yang dikembangkan berdasarkan permainan yang mereka lakukan.
“Selain itu, terdapat bagian interaktif pada buku yang bisa melatih kemampuan kognitif anak,” ujar Haura.
Ia juga menjelaskan bahwa kegiatan TuturKami di Dago Elos ini menjangkau 50 anak dengan dukungan 63 volunteer dari 12 universitas berbeda. Selain itu selama periode kegiatan, TuturKami telah mendistribusikan 70 buku donasi kepada anak-anak di Dago Elos.
Kegiatan TuturKami untuk meningkatkan literasi anak-anak melalui pendekatan fun-based learning ini mendapatkan apresiasi dari warga Dago Elos.
Ijah (73), wali dari salah satu anak peserta kegiatan TuturKami, mengungkapkan bahwa keberadaan program ini sangat membantunya dalam memberikan pendidikan kepada anak di rumah.
“Karena banyak yang orang tuanya bekerja juga dan tidak lengkap, jadi anak kalau di rumah kurang belajar, tapi mengandalkan sekolah juga sepertinya kurang cukup,” ungkap Ijah.
Dengan begitu, ia berharap kegiatan pendidikan non-formal seperti yang dilakukan TuturKami ini dapat terus dilaksanakan supaya anak-anak bisa belajar membaca sambil bermain.(red)