Menurutnya, inilah alasan utama yang membuatnya memilih mundur, karena tidak ingin membebani keuangan daerah dengan gaji yang menurutnya tidak sepadan dengan kinerjanya.
Lucky juga melanjutkan kritiknya terhadap kepemimpinan Nina, yang dinilainya belum memenuhi peran seorang pemimpin yang mendengarkan dan melayani rakyat.
Lucky berpendapat bahwa seorang bupati bukanlah seorang penguasa yang harus dilayani, tetapi justru harus bersikap ramah dan terbuka terhadap keluhan masyarakat.
Dalam kampanyenya, Lucky menyebut bahwa ia dan timnya telah mengunjungi lebih dari 1.700 lokasi di Indramayu untuk mendengar langsung permasalahan warga.
“Saya mendengar sendiri keluhan masyarakat, mulai dari lahan pertanian yang mengalami kekeringan, kegagalan panen, hingga kesulitan perizinan, bahkan tingginya angka putus sekolah yang menjadikan Indramayu salah satu daerah termiskin di Jawa Barat,” tuturnya.
Lucky pun menegaskan bahwa masalah-masalah tersebut tidak bisa diselesaikan seorang diri. Ia menekankan pentingnya kepemimpinan yang kolaboratif dan tidak menggunakan pemecatan atau mutasi sebagai alat politik.
“Indramayu harus berkembang menjadi daerah yang aman dan nyaman. Melalui visi kami, wong reang, kami ingin masyarakat Indramayu merasakan kemajuan yang nyata,” tandasnya. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News