Makam Kerabat Walisongo Tak Pernah Sepi Pengunjung

JABARNEWS | DEPOK – Pasti masih banyak yang belum tahu dengan keberadaan makam bersejarah di Hutan Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat. Padahal, khalayak luar Kota Depok berjubel datang untuk berziarah. Keberadaan makam bersejarah di hutan UI ini, tidak sulit untuk ditemukan.

Jika berada di dalam komplek UI, tinggal menuju ke arah pintu keluar. Tapi, terus menyisir jalur paling kiri. Saat menelusuri sekitar beberapa ratusan meter hingga tidak ada bangunan, nanti berdiri kokoh pos keamanan milik Perhutani DKI Jakarta Selatan, di sebelah kanan jalan. Itu artinya sudah sampai.

Tepat di seberang jalan ada jalan setapak untuk masuk ke makam bersejarah di Hutan Kota UI. Sesampainya di Pos Keamanan, Radar Depok bertemu dengan Septian salah satu keamanan perhutani DKI Jakarta. Dia menjelaskan, makam tersebut memang makam Syekh Abdurrahman bin Abdullah Al Maghribi atau yang terkenal dengan sebutan Mbah Takol.

Menurutnya, makam tersebut memang sudah sejak lama ada di dalam Hutan UI, karena sebelumnya kawasan tersebut merupakan pemukiman warga Betawi. “Makam ini memang sudah lama ada, dan merupakan makam pemuka agama pada masanya,” kata Septian dikutip dari radardepok, Kamis (17/5/2018).

Dia mengatakan, perawat makam sebelumnya, Mbah Masri sejak tiga bulan terakhir terbaring sakit, dan dirawat di salah satu rumah kerabatnya di Garut. “Mbah Masri sakit Jantung, sehingga saat ini tidak ada yang mengurus makam setiap harinya,” bebernya.

Baca Juga:  Jadwal Tayang Film di CGV Bandung Hari Ini Rabu 29 Juni 2022

Namun dia mengaku, jika ada pengunjung makam yang ingin berziarah, Septian hanya mempersilahkan untuk mendatangi makam tersebut. “Jadi kalau ada yang ingin berkunjung ke makam, saya hanya bisa mengantar ke makam,” terangnya.

Dia menceritakan secara singkat sosok yang dimakamkan tersebut bernama Syekh Abdurrahman bin Abdullah Al Maghribi. Biasa disebut Mbah Takol. “Mbah Takol semasa hidupnya selalu berpindah-pindah dalam melakukan dakwah,” katanya.

Ajaran yang dikembangkan Syekh Abdurrahman Al Maghribi, menurut Septian tidak jauh berbeda seperti yang diajarkan ulama-ulama terdahulu. Makam ini tergolong makam tua di wilayah Jakarta.

Keberadaan makam ini juga pernah membuat orang Jawa Timur penasaran. Beberapa orang tersebut bahkan mengatakan jika Syekh Abdurrahman ini masih berkaitan dengan keluarga ‘Al Maghribi’ yang banyak terdapat di Jawa Timur.

Memang jika menilik nama laqob ‘Al Maghribi’ menunjukkan jika nama tersebut identik dengan keluarga besar Walisongo. Namun, jangan lupa gelar Al Maghribi ini juga sering disematkan kepada keluarga keturunan Sayyidina Hasan, yang berasal dari Maroko. Perlu diketahui juga kalau Al Maghribi itu adalah nama lain Maroko pada masa lalu.

Baca Juga:  Kemarin, 1.500 Rumah di Tasikmalaya Terendam Banjir Luapan Sungai Cikidang dan Citanduy

Jika memasuki makam memang seperti memasuki Kampung Betawi. Disini terdapat pemakaman warga yang berada di sekeliling makam Mbah Takol. “Di situ masih ada sumur tua,” terang Septian.

Menurutnya, keberadaan makam Syekh Abdurrahman bin Abdullah Maghribi sampai saat ini masih terjaga dan bertahan dengan baik di tengah bangunan-bangunan Universitas Indonesia. Hanya saja, saat Mbah Masri sakit banyak pengunjung yang kecewa, karena tidak dapat mendapat keterangan dan pemahaman lebih jelas. “Saya di sini hanya memberitahu sebatas pengetahuan saya saja, selebihnya biasanya pengunjung berdoa sendiri,” ujarnya.

Sementara, jika ada penziarah dia hanya menyampaikan pesan dari Mbah Masri. “Menurut Abah kalau datang ke tempat makam seperti Waliyullah Syekh Abdurrahman, jangan meminta yang macam-macam, cukup berdoa dan juga mengenang kembali akan jasanya dalam menyebarkan agama Islam. Abah mengatakan, ajaran Syekh Abdurrahman Al Maghribi tidaklah neko-neko. Ajarannya cukup singkat, ‘jalani saja Islam secara baik dan sempurna’,” kata Septian menirukan petuah Mbah Masri.

Sampai saat ini makam tersebut tidak pernah sepi dari peziarah. Ada saja yang datang. Bahkan pernah juga ada serombongan polisi yang datang ke tempat ini untuk menyelesaikan sebuah kasus. Ketika mereka datang ke tempat ini, justru mereka merasa nyaman karena memang suasana di tempat ini sepi dan tenang.

Baca Juga:  Ini Alasan Aa Gym Keluhkan Keberadaan Minimarket

Mereka kemudian memasak dan makan di tempat ini. Ada juga yang pernah beberapa hari nginap, karena merasa tempat ini menjadikan dirinya tenang. Memang jika datang ke tempat ini, rasanya berbeda, selain sepi suasana hijau membuat jadi lebih nyaman.

Dia mengatakan, makam Syekh Abdurahman luput dari perhatian pihak berwenang, sebagai sebuah situs sejarah, menurutnya makam ini harusnya diurus dan dipelihara keberadaannya oleh dinas terkait, seperti misalnya Dinas Sejarah atau UI sendiri.

Selain makam Syekh Abdurrahman bin Abdullah Al Maghribi, juga terdapat makam pengikutnya, di samping paling kanan dari arah pintu masuk adalah Nyi Dasimah dari Cirebon, kemudian ditengahnya ada makam Kyai Mojo (bukan Kyai Mojo yang dekat dengan Pangeran Diponegoro), dan di depan makam ketiganya ada satu makam yang bernama Syekh Jalaludin Al Maghribi.

Menimpali hal ini, Humas Universitas Indonesia, Rifley Dewi membenarkan terdapat makam bersejarah di kawasan Hutan UI, namun dia mengaku tidak mengetahui secara detail keberadaan makam tersebut. “Saya tahu tapi tidak detail,” singkatnya. (Yfi)

Jabarnews | Berita Jawa Barat