“Kitab itu sengaja di susun oleh beliau dalam bahasa sunda, tujuannnya untuk mempermudah warga memahami islam. Orang-orang yang belajar di mesjid ini bisa membaca kitab itu,” katanya.
Baing yusuf lahir pada rahun 1700-an di Bogor, di usai 7 tahun beliau sudah berbahasa dua bahasa, yakni Sunda dan Arab, kemudian di usia 11 tahun telah hafal Alquran 30 juz, hingga usia 13 tahun disekolahkan ke Mekkah selama 11 tahun hingga akhirnya kembali ke Indonesia di usia 24 tahun.
Baing wafat pada tahun 1854, beliau dimakamkan di belakang masjid ini serta terdapat makam sejumlah tokoh lain dari pemimpin awal kabupaten Kawarang dan Purwakarta. Biasanya makam syekh baing yusuf ramai dikunjungi penziarah saat bulan mulud, menjelang ramadan dan bulan rajab.
Penziarah yang datang umumnya berasal dari luar kota purwakarta dan paling banyak berasal dari banten, mengingat di daerah banten syekh yusuf mempunyai murid yakni Syekh Nawawi Al-Bantani yang menjadi imam besar Masjidil Haram di masa itu. (Gin)