Dengan adanya desa binaan tersebut, para anggota diharapkan bisa memberikan pengabdiannya sesuai dengan AD/ART yakni berbakti sosial kepada masyarakat.
“Kita sosial masuk ke sana, kita ngobrol dengan penduduk setempat dan dengan pak lurahnya. Alhamdulillah kita disambut baik sama warganya. Disitu jadi media buat saya, bawa temen-temen mahasiswa masuk kesitu buat kegiatan, ya anggap saja itu ekstrakulikulernya,” ujarnya.
Di sisi lain, Aben mengaku bahwa Hiawatha yang berdiri pada 20 Mei 1978 itu kurang mendapat pengakuan dan perhatian dari kampusnya, yakni Universitas Winaya Mukti (Unwim), Fakultas Teknik.
Menurut Aben, dukungan dari pihak kampus Unwim sangat kurang, terlebih dalam memberikan fasilitas secara materil dan immateril.
“Dukungan dari pihak kampus justru sangat kurang, dalam artian ketika Hiawatha ada kegiatan respons kampus bisa dibilang cuek. Padahal, kita tidak pernah membebankan masalah pembiayaan, waktu kegiatan kita selalu melihat kalender akademik untuk menyesuaikan kegiatan,” tandasnya. (Red)