Meski keberadaannya tidak sebagus tempo dulu, sambung dia, namun bangunan itu sehari-harinya tetap digunakan dan difungsikan sebagai tempat produksi keramik.
“Iya bangunan itu diresmikan oleh Pak Hatta wakil presiden RI pertama sekitar tahun 1950 sebagai tempat sanggar para pengrajin pemula warga sekitar,” tutur Jujun.
Tampak depan bangunan bagian atas membentuk dinding tinggi bertuliskan “Induk Perusahaan Keramik ‘Plered’.
Sementara, pada bagian belakangan bangunan, dua cerobong asap menjulang setinggi kurang lebih 5 meter. Di bawahnya, ada enam tungku perapian tempat pembakaran gerabah di bangun oleh orang asing.
Bangunan itu hingga saat ini masih digunakan sebagai tempat produksi kerajinan tangan keramik Plered. Para pengrajin masih tetap mempertahankan membuat keramik secara manual.