Informasi lainnya menyebut sumber air ini dibangun saat Pemerintah Hindia Belanda kala itu sedang berhadapan dengan wabah kolera.
Kehadiran Gedong Cai Tjibadak juga merupakan upaya Pemerintah Bandung kala itu menyediakan air bersih buat masyarakat.
Filosofi nama Tjibadak itu sendiri berangkat dari nama cai badag dalam bahasa Sunda, alias air yang besar dalam bahasa Indonesia.
Namun, ada pula sumber yang menyebut penamaan Cibadak berasal dari kondisi di kawasan ini yang dulunya dihuni badak.
Kabarnya, nama wilayah Ledeng juga berawal dari istilah Waterleiding di era kolonial Belanda. Waterleiding itu sendiri berarti air yang besar.
Kehebatan dan anugerah Gedong Cai Tjibadak tercermin dari limpahan air yang banyak. Saat itu, Gedong Cai Tjibadak menghasilkan debit air 50 liter per detik.