“Ritual buang celana dalam dan kutang itu semakin menjadi-jadi bahkan kuncen-kuncen baru bermunculan dan mencari pengunjung yang akan ritual demi mendapatkan upah, dan tentunya ritual itu malah jadi mengancam kelestarian lingkungan sekitarnya,” kata Bernarld saat dihubungi, Jum’at (29/7/2022).
Aktivitas ritual ini, kata Bernarld diduga dilakukan oleh orang dari luar wilayah Gunung Sanggabuana. Sebab, masyarakat sekitar tak ada yang melakukan ritual tersebut.
“Kalau warga seperti jelang malam satu suro ini paling besok itu bikin sedekah bumi atau hajat bumi tidak mengotori alam sekitar atau sanggabuana sendiri,” katanya.
Perihal ritual buang celana dalam dan kutang, tim SCF dan pegiat alam lainnya selalu melakukan operasi bersih (opsih) celana dalam dan kutang.
“Jadi kami harus kerja ekstra berburu kutang dan celana dalam yang dibuang dan berserakan di Sanggabuana,” ucap pria yang aktif di Wildlife Photograpy.
Pihaknya juga meminta agar Pemkab turun tangan untuk menertibkan ritual ini. Sebab, aktivitas tersebut bisa menganggu kelestarian alam di gunung Sanggabuana.
“Bagi kami Pemkab harus segera turun tangan untuk menertibkan ritual buang celana dalam ini dan kuncen-kuncen juga makom-makom perlu di data apakah benar atau sebenarnya bukan,” tandasnya. (red)
sumber: Detik.com