Sebelumnya, di kampung tersebut tentram dan damai tak ada kesedihan, terdengar keceriaan dan tawa manis sejumlah bocah bermain di pematang sawah berlarian. Dan, terdengar pula nyanyian burung dan ayam jago berkokok pagi itu.
Kini, kampung tersebut porak-poranda hancur diguncang gempa bumi, yang sama sekali tak menduga akan terjadi bencana alam begitu dahsyat.
Ketua RT setempat bercerita, dirinya waktu itu sedang beraktivitas (kerja,red) dan tidak ada di rumah. Namun, anak dan istrinya sedang di dalam rumah, begitu pun hal sama saudara dan tetangga dibuat geger terasa guncangan gempa berkekuatan Magnitudo 5,6 tersebut.
“Semua pada keluar rumah menyelamatkan diri masing-masing. Nah! Anak-anak paling diutamakan,” ujar Jajang.
Namun, kata Jajang, rumah dirinya utuh hanya kerusakan ringan saja. Kalau tetangga dan saudara bangunan rumah ada rusak berat dan sedang. Bahkan, hingga kini masih belum ada perbaikan menunggu bantuan kucuran anggaran dari pemerintah bisa secepatnya terealisasikan.
“Hingga kini warga terdampak rumahnya katagori berat masih tidur di tempat pengungsian tenda darurat kang,” akunya, nampak terlihat sedih gak kuat menahan tetes air mata jatuh basahi pakaiannya.