Modal yang dipakai untuk memulai usahanya di bidang pertanian yakni uang tabungan sebesar Rp3 juta. Uang itu dibelikan bibit, pupuk hingga alat pertanian sebagai pelengkap bekerja. Sedangkan lahan yang dipakai tidak menyewa, namun memanfaatkan tanah milik keluarga yang besarnya tidak seberapa tapi cukup untuk menanam beberapa jenis sayuran.
“Dulu yang ditanam sekitar 400-500 tanaman tapi kalau sekarang ada 5.000 tanaman yang terdiri dari beberapa jenis tanaman,” ucap Ananda.
Ia sempat kesulitan saat memasarkan hasil ladangnya karena tidak mengetahui alur distribusi penjualan hingga ke tangan konsumen. Dirinya sempat menjual hasil ladangnya ke tengkulak, namun ada juga orang yang datang langsung membeli akan tetapi jumlahnya tidak banyak.
Kemudian ia pun memutuskan untuk membangun kios kecil-kecilan untuk menjual hasil ladangnya. Dengan demikian, konsumen bisa langsung membeli sayuran tanpa harus jauh-jauh ke pasar tradisional. Sekarang pun, sambungnya sayuran hasil ladangnya juga dipasok ke Pasar Induk Cikopo.
Bukan hanya soal pemasaran produk, permasalahan yang kerap ditemui petani yakni menyangkut ketersedian pupuk. Untuk memenuhi kebutuhan, dirinya menggunakan komposisi 30 persen pupuk pestisida dan sisanya dari kotoran ternak kelinci yang juga dirintisnya.