Andri menyebut, Budidaya Digjaya melakukan teknik tabela omol (tanam benih langsung benih banyak) yang berbeda dengan teknik tanam pindah (tandur) serta selanjutnya berdasarkan pengetahuan lokal karuhun dilanjutkan dengan teknik menir/salibu sehingga indeks pertanaman bisa mencapai 4 X/tahun.
“Teknik Budidaya Digjaya ini merupakan bauran dari pengetahuan lokal dan pengetahuan akademik dari seorang petani senior yang menjadi Ketua Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda H. Endang Sulaeman,” bebernya.
Teknik Budidaya Digjaya ini, lanjut Andri, dapat dengan segera dalam 1-3 tahun kedepan membangun Ketahanan Pangan Negeri, karena hasil produksinya merupakan nilai lompatan dari 11-12 Ton/Ha/Tahun menjadi 35 Ton/Tahun.
Artinya, kata dia, bila mengandalkan luasan sawah di Jawa Barat 922.000 Ha dan luasan panen 1,66 juta Ha/tahun maka importasi 3,5 juta padi dari luar negeri dapat ditangani dengan menggunakan lahan sawah yang ada.
Tak hanya itu, menurut Andri, titik ungkil untuk kebijakan pangan kedepan, dimulai dari kebutuhan pangan paling pokok yaitu beras. Hal ini tentunya bisa mendukung program dan kebijakan Presiden Ke-8 RI Bapak Jenderal (Purn) Prabowo Subianto.