JABARNEWS | PURWAKARTA – Pisang menjadi tanaman yang mudah dijumpai di Indonesia termasuk di Kabupaten Purwakarta. Maka tak heran jika banyak makanan yang berbahan pisang pun kerap dijumpai. Dari pisang goreng, Kripik pisang, brownies pisang, salai pisang ataupun lainnya yang masih banyak lagi.
Saat mengolah pisang jadi makanan tentu pisang dikupas terlebih dahulu. Isi pisang yang dimanfaatkan biasanya menyisakan kulit yang berakhir jadi sampah. Kita pun kerapkali membuang kulit pisang begitu saja ke tong sampah.
Namun ditangan terampil pasangan suami istri di Kabupaten Purwakarta, mengubah kulit pisang menjadi camilan enak dan kekinian.
Ya, lasangan suami istri yang tinggal di Perumahan Griya Asri, Kelurahan Ciseureuh, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Putri Aprilia (29) dan Ari Hidayat (30) memulai usaha pembuatan kerupuk kulit pisang ini sejak 2 tahun lalu dan dinamai Kulpis.
Saat ditemui di Rumah Produksi Kulpis, Putri Aprilia mengatakan produksi kerupuk kulit pisang ini, berawal saat suaminya di-PHK dari pekerjaannya di salahsatu perusahaan yang bergerak di bidang perusahaan otomotif di Karawang.
“Awalnya itu suami diberhentikan di pekerjaannya dan kami bingung mau usaha apa?. Hingga akhirnya kami terpikirkan untuk mengolah limbah kulit pisang yang saat itu ramai penjual pisang tanduk yang kita jumapai di Purwakarta,” jelas Putri, Pada Senin (16/11/2020).
Bermodal Rp250 ribu, Putri dan suaminya memulai usaha pengolahan kerupuk kulit pisang ini. Mereka memilih untuk mengolah kulit pisang lantaran memang kulit pisang bisa dikonsumsi menjadi makanan dan bergizi tinggi.
“Saya sih pertama mencari usaha yang enggak banyak mengeluarkan modal dan saya ingin menjadi pioner. Akhirnya, karena banyak lihat UKM pisang di kabupaten Purwakarta ini hampir 85 persen berbahan dasar pisang, seperti bolu, kripik, hingga lainnya, jadi saya memilih mengolah kerupuk kulit pisang,” ucapnya.
Saat ini, lanjut Putri, pemasaran kerupuk kulit pisang ini telah menyebar hampir 60 persen di wilayah Jawa Barat, mulai penitipan ke outlet dan swalayan hingga pada sistem penyaluran.
Rencananya, tahun depan kerupuk kulit pisang ini, sambung Putri, bakal memasukan produksi Kulpis ini ke minimarket, seperti Indomaret, Alfamart dan Borma.
“Kerupuk kulit pisang kami ini punya tiga varian rasa, di antaranya original, jagung manis, dan balado. Namun, yang paling disukai dari kerupuk kulit pisang kami itu ialah yang varian balado hingga meraup Rp30 juta bulan ini,” jelasnya.
Saat disinggung terkait pembuatan kerupuk kulit pisang ini, Putri menjelaskan kulit-kulit pisang yang telah dia kumpulkan semuanya dihancurkan dan dicampurkan bahan adonan lainnya hingga menjadi berbentuk seperti dodol.
“Ya waktu pembuatannya termasuk penjemuran memakan waktu sekitar 5 jam,” ujarnya.
Sebelum seperti sekarang ini, Putri mengaku usaha olahan kulit pisangnya ini sempat mengalami kegagalan saat pertama membuatnya dahulu.
Butuh waktu enam bulan, kata Putri, untuk akhirnya mereka dapat menemukan formula yang tepat dalam membuat kerupuk kulit pisang.
“Enam bulan itu kami trial error. Setelah itu alhamdulillah orang pada suka dan penjualannya pun banyak. Awalnya saya biasa jual ke teman-teman UKM serta ketika ada perkumpulan-perkumpulan,” katanya.
Kerupuk kulit pisang yang diberinama ‘Kulpis’ ini waktu pertama penjualan dihargai Rp8 ribu tetapi sekarang sudah berjalan dua tahun sudah naik harganya menjadi Rp15 ribu untuk ukuran kemasan 85 gram.
“Kemasan 85 gram kami jual Rp15 ribu rupiah. Tapi kalau ke reseller beda lagi harganya, itu harga jual umum.
Dalam sehari itu kami bisa produksi sebanyak 50 kilogram. Tetapi, sekarang berhenti produksi karena cuaca musim hujan dan kami produksi banyak saat musim kemarau,” ucapnya.
Selama dua tahun ini, Putri mengaku memiliki sebanyak 11 orang pegawai dengan membagi menjadi dua shif.
Saat ini di musim hujan, Putri berfokus untuk menghabiskan stok yang tersedia sampai Desember. Selanjutnya, pada 2021, dia berkeinginan untuk menembus pasar warung-warung dengan membuat kemasan yang lebih terjangkau, misalnya kemasan kecil.
“Sekarang kami sudah kirim ke berbagai wilayah, seperti Cianjur, Bogor, Cirebon, hingga Bandung. Lalu, ada juga ke Pekanbaru dan Padang. Kalau luar negeri kami sudah kirim ke Malaysia, sedangkan Kanada, Filipina, dan Arab Saudi baru sebatas ada penawaran. Alhamdulillah kini omzet bersih yang didapatkan mencapai Rp20 hingga 25 juta rupiah dalam satu bulan,” pungkasnya. (Gin)