JABAR NEWS | PURWAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Pra-Musyawarah Nasional (Pra Munas) dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Konbes NU) di Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Desa Sukajaya, Kecamatan Sukatani, Purwakarta, Jumat (10/11/2017).
Selain dihadiri oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, acara tersebut dibuka langsung oleh KH. Maksudi dan dihadiri Rais Syuriyah PWNU Jawa Barat, Ketua PWNU Jawa Barat KH. Hasan Nuri Hidayatullah serta pengurus NU tingkat Jabar.
Dalam kegiatan tersebut Ketua Steering Committee (SC) Munas dan Konbes NU, KH Mustofa Aqil mengatakan saat ini bangsa Indonesia tengah menghadapi problem ekonomi dan radikalisme agama.
Berbagai paparan virus radikal kian mengancam keutuhan NKRI, sementara diwaktu yang sama pertumbuhan ekonomi di Indonesia kian hari kian menurun.
“Seperti diketahui berbagai bentuk paparan virus radikal kian mengancam keutuhan NKRI. Sementara pada saat yang bersamaan tren pertumbuhan ekonomi kita terus menurun. Faktanya, 2017 ini harga komoditas masih melemah, dan belanja konsumen menurun,” ujar Mustofa, Jumat (10/11/2017)
Mustofa menambahkan, radikalisme agama dan ekonomi sekilas terlihat sebagai dua hal berbeda. Tetapi jika ditelusuri lebih jauh dua hal tersebut memiliki sebuah persamaan. Dengan demikian, untuk mencegah menyusupnya radikalisme maka harus menciptakan ekonomi yang kuat ditingkat masyarakat.
“Data menunjukkan, diluar faktor ideologis dan propaganda keliru dari aspek agama, iming-iming kemapanan ekonomi menjadi magnet paling banyak menyedot massa radikal,” tegasnya.
Untuk diketahui, Hasil Pra Munas dan Konbes di Purwakarta ini akan dibawa ke Munas dan Konbes NU di Lombok Nusa Tenggara Barat pada 23-25 November 2017 mendatang. (Rhu)
Jabar News | Berita Jawa Barat