Lina Meilinda, dosen Polban, membagikan pengalaman studi tournya ke Telkom University. “Telkom University mengolah 5 ton sampah per hari dengan insinerator. Hasil pupuknya dijual ke civitas akademika,” ujarnya.
Rivan, dosen Polban, membandingkan pengelolaan sampah di Indonesia dengan negara lain. “Jerman dan Australia memiliki sistem pengelolaan sampah yang tertib dan otomatis. Petugas kebersihan memiliki gaji yang layak dan dihargai,” katanya.
Sapto Prajogo, Ketua PUI-MSWRG (Municipal Solid Waste Research Group) POLBAN mengungkapkan, Mengapa terdapat perbedaan pengelolaan sampah di Indonesia dengan negara lain, selain teknologi yang digunakan cukup berbeda. Ada satu hal yang harus diingat yakni kualitas sampah yang dihasilkan berbeda.
Salwa, perwakilan BEM Polban, membagikan pengalaman membuat taman dari sampah di kampus. “Kami membangun kebiasaan pemilahan sampah, mengumpulkan minyak jelantah, dan membuat ecobricks. Kami juga melakukan clean up bersama mahasiswa,” ujarnya.
Dari FDG dan kuesioner responden civitas Polban yang diambil hampir bersamaan dengan waktu kegiatan FGD tersebut, kegiatan pengolahan sampah polban dapat terwujud dengan: