JABARNEWS | SERDANG BEDAGAI – Pengerajin sapu ijuk yang dibuat secara tradisional di Dusun 8 Pelintahan, Desa Sei Rampah, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, masih terus bertahan.
Para pengerajin mengaku tidak takut kalah saing dengan produk serupa yang dibuat secara modern dengan menggunakan mesin.
“Saya sudah 9 tahun menjadi pengerajin sapu ijuk,” kata seorang perajin sapu ijuk Sei Rampah, Oyong Fitri (40), Sabtu (16/11/2019).
Dikatakannya, pengerajin sapu ijuk produksi Desa Sei Rampah masih tetap bertahan, mengingat harga yang relatif murah sehingga tergangkau masyarakat menengah kebawah.
“Untuk harga relatif murah sehingga bisa terjangkau masyarakat,” ucapnya.
Ia menjelaskan, untuk bahan baku ijuk didatangkan dari Kabupaten Padang Sidempuan. Setiap pemesanan ijuk sampai ratusan kilogram.
“Sekali beli ijuk bisa ratusan kilogram, untuk stok,” imbuh Oyong.
Untuk pemasaran sapu ijuk belum ada penampung, hanya mengandalkan pedagang membawa untuk dipasarkan kedaerah-daerah. Itu disebabkan produksi sapu ijuk masih minim.
“Cuma belasan pengerajin sapu ijuk, jadi produksinya masih minim,” bilangnya.
Ia menyesalkan belum adanya perhatian maupun bantuan dari Pemkab Serdang Bedagai terhadap para pengerajin sapu ijuk di Desa Sei Rampah, sehingga sebagian kesulitan untuk meningkatkan kualitas dan pemasaran.
“Untuk bantuan maupun pembinaan belum ada, ini menjadi kendala untuk mempertahankan usaha dengan modal pas-pasan,” pungkas Oyong.
Ditempat terpisah Kades Sei Rampah, Munajat mengatakan, bantuan dari Pemkab Serdang Bedagai untuk mengerajin sapu ijuk tidak merata. Bantuan tersebut diserahkan langsung melalui dinas terkait ke pengerajin.
“Ada, tapi tidak merata, mereka memberikan bantuan tidak melalui desa namun diberikan langsung pada pengerajin,” ucapnya. (CR3)