Pertaruhan Nasib Ribuan Sopir Angkot Di Depok

JABARNEWS | DEPOK – Nisan (63) terlihat lesu menatap jalanan Kota Depok dari atas angkot yang ia kemudikan. Pria yang sudah sejak tahun 1990-an berprofesi sebagai sopir angkot ini terkena imbas angkutan online yang makin mewabah di Depok.

“Pendapatan kami sangat menurun hingga 50 persen,” ujar pria yang membawa angkot Jurusan Citayam – Sub Terminal Sawangan ini seperti dikutip dari laman radardepok pada Selasa (10/4/2018).

Sambil menunggu penumpang di pertigaan Parung Bingung, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Pancoranmas, Nisan bertutur, persaingan mendapatkan penumpang antara transportasi online dengan angkutan konvensional membuatnya cuma bisa pasrah.

Dia pernah tidak mampu menutupi jumlah setoran yang telah disepakati dengan pemilik angkot. Makanya, warga Kelurahan Bedahan tersebut berharap, Pemkot Depok dapat memberikan kebijakan terkait pengaturan transportasi online untuk kelangsungan hidup supir angkot.

Menurutnya, dengan campur tangan Pemkot Depok, khususnya Dinas Perhubungan (Dishub), dalam membatasi jumlah transportasi online, dapat menghidupkan kembali supir angkot untuk kelangsungan hidup supir angkot maupun keluarganya dalam memberikan nafkah.“Pemkot Depok harus memperhatikan nasib kami selaku supir angkot,” tutur Nisan.

Baca Juga:  Omicron Semakin Mengancam, Siswa di 60 Sekolah Kota Bandung Bakal Dilakukan Swab Acak

Salah seorang pemilik angkot, Sahat menuturkan, keberadaan transportasi online memberikan dampak yang cukup besar terhadap dirinya selaku pengusaha angkot, terutama penghasilan pendapatan. Pria yang sudah menggeluti angkot sejak 1992 tersebut, terpaksa harus bersaing dengan transportasi online.

“Saat ini saya memiliki 60 angkot mulai trayek Depok-Parung, Ciputat-Parung, dan Parung-Pondok Petir,” ujar Sahat.

Dari 60 angkot yang dimiliki, dia mengakui yang beroperasi hanya sekitar 15 angkot. Hal itu dikarenakan banyaknya supir angkot yang mengeluhkan penurunan penghasilan. Hal itu dikarenakan, berkurangnya jumlah penumpang sehingga sangat sedikit sekali supir angkot mendapatkan pengahasilan.

Sahat mengungkapkan, banyaknya transportasi online di Kota Depok membuat dia bingung terhadap tindakan Pemkot Depok, khususnya Dishub Kota Depok dalam menyiasati transportasi online dengan transportasi konvensional.

Sahat mengamini bahwa saat ini transportasi konvensional kalah dengan transportasi online. Musababnya transportasi konvensional hanya mencari penumpang sesuai jalur yang telah ditentukan, sedangkan transportasi online bebas. “Ibaratnya transportasi online bisa mengantar sampai depan pintu,” terang pria yang tinggal di wilayah Kelurahan Rangkapanjaya Baru ini.

Baca Juga:  Hujan Datang, Air Mancur Sri Baduga Tetap Dikunjungi Warga

Sahat mengatakan, untuk membangkitkan angkutan konvesinoal ditengah pertumbuhan transportasi online Pemkot Depok dapat memberikan kebijakan dengan subsidi terhadap pemilik angkot. Menurutnya, kebijakan yang sebelumnya sempat digaungkan Dishub Depok terhadap angkot berbadan hukum dengan meringankan pajak kendaraan sebesar 25 persen tidak terlalu berdampak besar.

Dia menginginkan ada pembatasan jumlah transportasi online. “Lihat saja di sejumlah stasiun di Kota Depok sudah seperti apa antara transportasi online,” tutup Sahat.

Kepala Dishub Kota Depok, Dadang Wihana menuturkan, angkutan masal di Kota Depok memang masih harus menyesuaikan dengan badan jalan yang ada di Kota Depok. “Karena tidak bisa menggunakan angkutan yang lebih besar,” katanya.

Saat ini, pihaknya masih berkonsentrasi untuk membenahi masalah kemacetan di Kota Depok. Baru ke depan, ia akan membenahi angkutan masal di Kota Depok, khususnya angkot. “Kami akan melakukan langkah-langkah untuk membenahi angkot yang akan beroperasi di Kota Depok,” kata Dadang.

Baca Juga:  Poktan Desa Karyamekar Purwakarta Terima Bantuan Alat Pertanian

Dia mengatakan, awalnya Pemkot Depok akan mengusulkan agar pemilik angkot untuk mengikuti koperasi, dan kelembagaan untuk legalitas angkot, sehingga dapat lebih mudah untuk dikelola. Dia juga mengatakan pihaknya masih memikirkan kelengkapan pada angkot di Kota Depok. Dia juga merencanakan ingin mengatur ulang zonasi peredaran angkot di Kota Depok. “Fasilitasnya juga kedepan akan kami tingkatkan seperti penggunaan AC, dan sit menghadap kedepan,” kata Dadang.

Dia mengatakan bagaimana angkutan umum akan tetap menjadi primadona bagi masyarakat Kota Depok. Saat ini menurutnya terdapat 2.884 angkot yang beroperasi di dalam kota dan 7.000 angkot yang berada di lintas batas di Kota Depok. “Namun itu masih menjadi wacana, karena kami masih akan konsentrasi untuk membenahi masalah kemacetan,” tandas Dadang. (Yfi)

Jabarnews | Berita Jawa Barat