Wahyu menegaskan bahwa perubahan suara sering terjadi pada masa-masa akhir kampanye dan dipicu pemberian uang atau barang.
“Kami tidak menanyakan secara spesifik mengenai bentuk imbalan atau istilah ‘serangan fajar’, namun survei menunjukkan bahwa perubahan suara rentan terjadi dalam seminggu terakhir menjelang pemungutan suara,” paparnya.
Pengamat politik dari Universitas Islam 45 Bekasi, Harun Alrasyid, mengkritik fenomena ini. Menurutnya, praktik politik uang mencerminkan lemahnya pendidikan politik di kalangan masyarakat.
“Seharusnya pemimpin dipilih berdasarkan visi dan misi, bukan karena faktor ekonomi,” ujarnya.
Ia juga menilai bahwa partai politik memiliki peran penting dalam meningkatkan pendidikan politik bagi masyarakat.