Lanjut Hendro, BMKG telah mengoperasikan 533 sensor seismik di seluruh Indonesia untuk memantau aktivitas gempa bumi secara cepat, tepat, dan akurat.
Namun, gempa bumi hingga saat ini belum bisa diprediksi dengan pasti baik dalam hal kekuatan, waktu, maupun lokasi kejadiannya. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk selalu mengikuti informasi resmi dari BMKG.
Kata dia, informasi potensi gempa dan tsunami merupakan upaya persiapan untuk mengetahui risiko terburuk akibat gempa bumi.
Dengan mengetahui efeknya, kita dapat merencanakan pencegahan dan mitigasi risiko kerugian, baik dalam sektor sosial, ekonomi, kesehatan, maupun korban jiwa.
“Potensi gempa dan tsunami akan selalu ada, dan karena waktu kejadiannya tidak dapat diprediksi, kesadaran masyarakat serta peningkatan dan pembaruan teknik serta model mitigasi yang tepat harus terus dilakukan di setiap daerah,” tutup Hendro.