“Waktu itu sempat trauma, mungkin ada tekanan. Malu, pulang ke rumah takut sama orang tua, bahkan ada rencana mau mengakhiri hidup. Itu menunjukkan bahwa anak saya trauma. Namun sekarang, alhamdulillah sudah normal seperti biasa karena dikuatkan oleh kita sebagai orang tuanya,” bebernya.
Dia menjelaskan, saat ini anaknya dikeluarkan dari pesantren meskipun dilakukan secara halus.
“Secara tidak langsung memang bahasanya dikeluarin tapi secara halus. Gini katanya, bahwa pendidikan itu lebih baik sama orang tuanya. Itu menunjukkan bahwa pihak sekolah juga ngeluarin. Bahkan pihak sekolah tidak memanggil saya sebagai ayahnya,” terangnya.
Saat ini, A berencana memasukkan anaknya ke sekolah lain. Dia pun bersyukur ada orang-orang yang mendukungnya.
“Rencana anak saya mau masuk ke sekolah yang lain yang dibantu oleh teman-teman dari Mahasiswa IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). Alhamdulillah banyak orang baik yang peduli,” ungkapnya.