Tanaman Aren Melimpah, Pemuda di Purwakarta Buat Gula Semut Alam Desa

JABARNEWS | PURWAKARTA – Tanaman aren yang menjadi bahan pembuatan gula merah masih banyak ditemukan di Kampung Cibodas, Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.

Selama ini, warga di wilayah Desa Parungbanteng Purwakarta tersebut memanfaatkan nira aren untuk diolah menjadi gula merah yang dicetak menggunakan bambu ataupun batok kelapa.

Melihat potensi itu, para pemuda di Desa Parungbanteng membuat olahan nira lain yang bernilai lebih tinggi, yakni gula semut dan di beri lebel Alam Desa gula semut khas Kampung Cibodas, Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari.

Baca Juga: Simak, Ini Dia Enam Bioskop yang Menjadi Sejarah di Kota Bandung

Menurut Susi Lestari, salah satu pemudi di Desa Parungbanteng, hal tersebut membuat para pemuda mulai berinovasi membuat produk turunan Aren yang lebih modern, menarik, dan mampu diserap pasar zaman now selain pasar tradisional.

“Hasil inovasi dan motivasi dari Patriot Desa Parungbanteng. Inovasi ini dilakukan agar gula aren mempunyai nilai jual yang lebih tinggi sehingga bisa meningkatkan taraf hidup para petani aren di Desa Parungbanteng,” ucap Susi, pada Senin (27/9/2021).

Baca Juga:  Agar Terlihat Jenjang, Pilih Jeans Model Ini

Dijelaskannya, biasanya para petani yang memproduksi gula aren dengan ganduan. Satu gandu gula aren kurang lebih sekitar 600 gram dijual seharga Rp10 ribu rupiah.

Baca Juga: Ridwan Kamil: UMKM Jabar Masuk di Marketplace Meningkat 34 Persen

“Jika dibuat gula semut, gula aren ganduan itu harganya bakal lebih meningkat. Harga per 100 gram Gula Semut Alam Desa ini kami jual seharga Rp. 5 ribu rupiah. Nah, jadi ada kenaikan harga juga bagi Petani Gula Aren di Desa Parungbanteng ini,” tutur wanita berusia 16 tahun itu.

Susi mencontohkan, untuk satu gandu gula aren bisa menghasilkan 5 sampai 6 bungkus ukuran 100 gram Gula Semut Alam Desa.

“Untuk saat ini kami baru memproduk dalam skala kecil. Dari 1 petani dalam sehari bisa 2 kali produksi sebanyak 3 kilogram gula semut,” ucap wanita cantik yang tengah menimba ilmu di Pondok Pesantren itu.

Baca Juga:  Jika Liga Primer Inggris Terhenti, Trofi Juara Milik Siapa?

Baca Juga: 31 Tokoh Inspirasional Ini Dapat Penghargaan Dari Guardian Indonesia

Susi juga memastikan kualitas produk mereka dengan packaging atau kemasan yang menarik.

“Kami kemas dengan modern agar tampilan menarik sekaligus menjaga kualitas gula semut ketika sampai ke konsumen,” ungkapnya.

Saat ini, sambung dia, banyak rumah tangga di seputar Kecamatan Sukasari yang biasanya menggunakan gula rafinasi atau gula pasir, mulai beralih ke gula semut.

Baca Juga: Yana Mulyana Pastikan Pemerintah Konsisten Dukung Pengembangan UMKM di Kota Bandung

“Dulu kan gula merah tradisional hanya digunakan saat puasa, lebaran atau maulud saja. Tapi dengan inovasi ini kita harap bisa terserap dan menjadi kebutuhan sehari-hari karena bentuknya seperti gula pasir,” tutur Susi.

Ia mengatakan, melihat potensi Gula Semut yang cukup baik maka upaya promosi terus digencarkan untuk mengenalkan produk olahan rumah ke masyarakat luas.

Menurut Susi, Gula Semut Alam Desa penjualannya sejauh ini hanya melalui media sosial dan kerabat terdekat saja.

Baca Juga:  Panas! AHY Sebut Moeldoko Sebagai Musuh

Baca Juga: Uu Ruzhanul Ulum Dorong Pesantren Berbasis Peternakan Gunakan Teknologi Bioflok

“Walaupun awalnya hanya produksi sesuai pesanan saja, namun saat ini sudah mulai ready stok,” tambahnya.

Susi berharap, semoga penjualan Gula Semut ini tambah meningkat lagi sehingga akan membuat warga desa semakin produktif dan para pengusaha khususnya yang berasal dari Purwakarta, para pemilik kedai kopi dan lainnya tertarik untuk membeli produk ini sebagai tambahan pemanis alami untuk produk mereka.

Ia juga berharap ada perhatian dan dukungan Pemda untuk mempromosikan dan membangunkan jejaring pasar.

Baca Juga: Hujan Deras di Depok Picu Pohon Tumbang Menimpa Pajero, Dua Orang di Dalam Mobil Terluka

“Kami sangat berharap bantuan pemerintah terkait label kesehatan dan sertifikasi halal agar produk ini dapat diterima di pasar-pasar modern sebagai langkah untuk mengembangkan produk-produk lokal yang dapat meningkatkan nilai ekonomi bagi masyarakat petani Aren di Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari,” ungkapnya. (Gin)