Bank Indonesia Gandeng UMKM di Cianjur, Ternyata Ini Keunggulan Produk Kelompok Tani Mujagi

JABARNEWS | CIANJUR – Bank Indonesia (BI) Jawa Barat menggandeng Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Cianjur berbasis komoditas holtikultura dengan memanfaatkan digitalisasi pertanian jenis varietas Tomat Momotaro dari Jepang.

Bidang Pemasaran Kelompok Tani Mujagi Didin Silahudin mengatakan, budidaya yang difasilitasi oleh BI Jabar ini berbentuk green house. Jadi, lanjut dia, untuk mengembangkan sayuran asal Jepang komoditasnya tomat momotaro atau varietas momotaro.

“Kebetulan tomat tersebut sudah mempunyai pacar khusus,” kata Didin saat dihubungi langsung di Mujagi (digitalisasi pertanian), Kampung Pasir Cina RT2/1, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Kamis 14 Oktober 2021.

Baca Juga: Ridwan Kamil Siapkan Tujuh Ekonomi Baru Pasca Pandemi Covid-19, Apa Saja?

Baca Juga: Bidan Desa Jadi Solusi Vaksinasi Bagi Lansia, Ini Penjelasan Atalia Praratya

Baca Juga: PD Kebersihan Resmi Dilikuidasi, Pelayanan Sampah Beralih ke DLHK Kota Bandung

Didin menerangkan, ketika masa pandemi Covid-19, permintaan Tomat Momotaro ini cukup stabil. Menurutnya, Hal tersebut dikarenakan pembudidayaannya masih sangat jarang.

Baca Juga: Perolehan Medali Jabar Tidak Mungkin Tersalip Daerah Lain, Setiawan Wangsaatmaja: Ini Hasil Keteguhan

Baca Juga: Karena Mangkir Bertugas dan Tawar Menawar Kasus, Tiga Hakim Ini Dijatuhi Nonpalu

Bahkan, Didin menyebut bahwa budidaya Tomat Momotaro di Kabupaten Cianjur hanya ada di wilayahnya. “Ya, karena kita udah mempunyai kontrak dengan salah satu supermarket khusus yang permintaannya Itu khusus untuk sayuran Jepang,” ujarnya.

Baca Juga:  SRI Kutuk Tindakan Tiga Wanita yang Melakukan Kampanye Hitam

Didin mengungkapkan bahwa ketika masa-masa sulit pun di masa pandemi Covid-19 saat ini, budidaya Tomat Momotaro ini bisa bertahan dengan adanya fasilitasi green house digital farming. Hal itu menjadi salah satu peningkatan, khususnya di bagian produksi yang biasanya menggunakan cara budidaya sederhana, kini menerapkan teknologi budidaya yang sudah digital.

“Nah, itu kita bisa meningkatkan produksi tanaman tomat. Dan, dari kebiasaan kita dulu berbudidaya,” ungkapnya.

Lebih jauh, Didin menyampaikan, budidaya Tomat Momotaro ini berada di lahan seluas 100 hektar lebih. Tetapi, sambung dia, yang menggunakan teknologi digital farming baru sekitar 1.500 meter yang difasilitasi oleh BI Jabar.

Baca Juga: Duh, Regulasi Jadi Permasalahan Pelaksanaan Sekolah Terbuka di Kota Depok

Baca Juga: Temui Orang Tua Korban Penganiayaan di Bogor, Uu Ruzhanul Ulum Minta Pihak Sekolah Lebih Tegas

Baca Juga: SEMMI Jabar Kutuk Tindakan Oknum Polisi yang Banting Mahasiswa hingga Kejang-kejang di Tangerang

Meski begitu, Didin mengaku bahwa pihanya masih kesulitan dalam mencari Sumber Daya Manusia (SDM), karena sebagian besar penduduk di wilayah tersebut mempunyai lahan sendiri. Oleh karena itu, pihaknya melakukan kerjasama dengan lulusan SMK pertanian.

Baca Juga: Ridwan Kamil Bangun Peradaban Baru di Jabar, Apa Itu?

Baca Juga:  Yang Penting Akhlak

Baca Juga: DPRD Jabar Ingatkan Pentingnya Gerakan Literasi Digital

Didin merinci bahwa saat ini tenaga kerja dari alumni-alumni SMK Pertanian ada 11 orang yang lainnya ada sebagian warga setempat.

“Jadi mayoritas merekrut anak alumni SMK yang pernah PKL di sini yang dulunya mereka udah selesai tidak lanjut kuliah. Kemudian direkrut menjadi tenaga kerja dan dibina lagi untuk meningkatkan SDM di sini,” tuturnya.

Di sisi lain, Didin menjelaskan, untuk untuk harga sayuran khususnya sayuran Jepang Tomat Momotaro, karena sudah sistem kontrak tidak ada fluktuasi harga. Pihaknya menjual Tomat Momotaro tersebut dengan harga Rp31.500 per kilogram

Tak hanya itu, Didin menceritakan bahwa Gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang dirintisnya sudah berdiri tahun 2009, tetapi untuk memulai budidaya sayuran Jepang sendiri baru mulai dari tahun 2018.

Baca Juga: Habis Polisi Smackdown Mahasiswa, Kini Giliran Polantas Hajar Warga hingga Terkapar

Baca Juga: Bidan Desa Jadi Solusi Vaksinasi Bagi Lansia, Ini Penjelasan Atalia Praratya

Baca Juga: PD Kebersihan Resmi Dilikuidasi, Pelayanan Sampah Beralih ke DLHK Kota Bandung

“Tapi tidak seperti komunitas lain kita masih relatif stabil kalau untuk sayuran Jepang di masa pandemi Covid-19 saat ini,” paparnya.

Baca Juga: Perolehan Medali Jabar Tidak Mungkin Tersalip Daerah Lain, Setiawan Wangsaatmaja: Ini Hasil Keteguhan

Baca Juga:  Proyeksi Penduduk 2015-2045, Pemerintah Daerah Harus Responsif

Baca Juga: Duh, Regulasi Jadi Permasalahan Pelaksanaan Sekolah Terbuka di Kota Depok

Didin berharap, bisa mendapatkan pasar lebih besar untuk meningkatkan produksi juga di lapangan. Karena, sambung dia, kalau sayuran budidayakan jenis tersebut jadi tidak bisa masuk ke semua segmen pasar, sekarang pun budidaya masih disesuaikan kebutuhan pasar.

“Ya, harapannya ke depan ada pasar baru lagi lebih besar yang membutuhkan komoditas. Jadi kita bisa mengembangkan secara besar,” harapnya.

Didin menuturkan, kelompok tani yang dirintisnya berhasil menjadi mitra dari BI Jabar dan diberikan fasilitas berupa gedung bangunan dan pelatihan untuk meningkatkan SDM.

“Karena kita disini berbentuk lembaga, ada bidang budidaya pemasaran. Ya, walaupun tidak semuanya ikut, tapi difasilitasi pelatihan perbedaan. Begitu kang,” imbuh Didin.

Baca Juga: Ridwan Kamil Siapkan Tujuh Ekonomi Baru Pasca Pandemi Covid-19, Apa Saja?

Baca Juga: Bidan Desa Jadi Solusi Vaksinasi Bagi Lansia, Ini Penjelasan Atalia Praratya

Baca Juga: PD Kebersihan Resmi Dilikuidasi, Pelayanan Sampah Beralih ke DLHK Kota Bandung

“Sekarang tak ada distributor resmi yang apa mengimpor langsung benih tersebut. Jadi kita tidak langsung harus pesan ke Jepang, tapi udah ada distributornya tinggal pesan aja ke perusahaan tersebut,” tutupnya. (Mul)