JABARNEWS | BANDUNG BARAT – Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menetapkan status siaga darurat bencana menyusul berbagai kejadian bencana yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini.
Status siaga darurat bencana di Bandung Barat itu ditetapkan sejak 1 November 2021 hingga 31 Mei 2022 mendatang. Masyarakat diimbau untuk waspada bencana selama musim hujan ini.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandung Barat Duddy Prabowo mengatakan, 11 dari 16 kecamatan di Bandung Barat termasuk ke dalam kategori rawan bencana.
Baca Juga: Rebutan Kekuasaan, Begini Kronologi Pembunuhan Sadis Preman Pasar Induk Caringin Bandung
“Berdasarkan hasil pendataan kami, dari 16 kecamatan itu 11 kecamatan di antaranya punya potensi longsor dan banjir, dengan indeks risiko tinggi terutama di musim hujan seperti sekarang ini,” katanya, Rabu 3 November 2021.
Dia menyebutkan, kecamatan dengan risiko tinggi bencana itu yakni Rongga, Gununghalu, Cipongkor, Sindangkerta, Cililin, Cipatat, Saguling, Cisarua, Parongpong, Lembang, dan Ngamprah.
“Sepanjang tahun 2020 itu ada 359 kejadian bencana, artinya kan dalam setahun itu setiap hari ada bencana. Yang paling banyak itu bencana longsor, baru kemudian banjir dan bencana hidrometeorologi lainnya,” jelasnya.
Baca Juga: Singgung Salat 5 Waktu, Ade Armando: Banyak Aturan di Alquran Harus Disesuaikan
Di awal November ini, terang dia, bencana longsor dan banjir bandang sudah terjadi di delapan desa yang ada di tujuh kecamatan di Bandung Barat.
Sedikitnya 3 rumah rusak berat, 3 rumah rusak sedang, dan 2 akses jalan mengalami kerusakan akibat dari bencana longsor dan banjir bandang tersebut.
Pada 1 November 2021, longsor terjadi di Desa Cintakarya dan Mekarwangi, Kecamatan Sindangkerta, sehingga sejumlah rumah rusak dan akses jalan lingkungan terputus.
Baca Juga: Persib Bandung Belum Terkalahkan, Robert Alberts Sebut Hal Itu Jadi Inspirasi Persela
Banjir bandang luapan Sungai Cidadap pun menerjang Desa Sirnajaya, Kecamatan Gununghalu, sehingga 12 rumah dan 1 pondok pesantren terendam air.
Pada waktu yang bersamaan, longsor tebing setinggi 30 meter dengan lebar 25 meter terjadi di Desa Cinengah, Kecamatan Rongga.
Akses jalan Desa Cinengah dengan Desa Sukaresmi di Kecamatan Rongga pun terganggu, karena hanya bisa dilewati kendaraan roda dua.
Baca Juga: Tiga Jenis Tanaman Budidaya Ini Bisa Cepat Menghasilkan Uang
“Jalan alternatif untuk kendaraan roda empat harus menuju Desa Cibitung dengan jarak yang lebih jauh yakni 10 kilometer. Di lokasi harus dipasang rambu peringatan karena berpotensi terjadi longsor susulan,” ucapnya.
Pada 2 November 2021, longsor terjadi di Jalan Kolonel Masturi yang berada di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang.
Lantaran tertutup material longsor, jalan provinsi tersebut ditutup untuk sementara. Sementara jalan itu ditutup, akses Lembang-Cimahi mesti menggunakan jalan alternatif di Jalan Manoko.
Baca Juga: Temuan Kasus Covid-19 di 54 Sekolah, Satgas: PTMT Kota Banadung Tetap Berjalan
Di hari yang sama, longsor terjadi di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua yang membuat sebuah rumah rusak parah.
Selain itu, banjir terjadi di Desa Cihanjuangrahayu, Kecamatan Parongpong, lalu di Desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah.
“Selalu waspadai kemungkinan bahaya longsor, pohon tumbang, yang dapat terjadi sewaktu-waktu, terutama ketika turun hujan,” imbau Duddy.***