JABARNEWS | BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memaparkan 12 program strategis revitalisasi DAS Citarum dalam Panel Dialogue: Scaling Up Governance and Collaborative Actions In Combinating Marine Plastic Litter Towards Climate Actions In Indonesia di KTT Pemimpin Dunia COP26 Glasgow, Skotlandia.
Ke-12 strategi itu di antaranya rehabilitasi lahan sekitar 26 ribu hektare dari target 15.500 hektare. Monitoring IPAL pabrik-pabrik di sekitar Citarum di mana sudah ada 1.338 pabrik yang diawasi dari target 747 pabrik.
Selain itu, Satgas Ciatrum Harum telah menindak 131 pelanggar lingkungan dair mulai skala besar sampai sekala kecil. Ada 1.268 desa yang jadi sasaran sosialisasi dan edukasi berbasis komunitas.
Baca Juga: Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Semakin Rumit, Barang Bukti Rusak?
Baca Juga: Ini Dia Zodiak yang Cocok Jadi Pasangan Virgo, Kalian Salah Satunya?
Ridwan Kamil mengatakan konsep penanganan Citarum Harum yang dulu pernah dikenal dunia sebagai sungai terkotor dan terjorok di dunia menggunakan pola pentaheliks. Pemerintah melibatkan akademisi, pengusaha, media, dan komunitas untuk saling bersinergi dan berkolaborasi.
Menurut Ridwan Kamil, keterlibatan semua stakeholders sangat luar biasa mulai dari TNI dengan basis operasi nonperang, komunitas pegiat lingkungan, kalangan bisnis yang memiliki kekuatan finansial, akademisi yang kaya konsep dan penelitian, sampai media untuk publikasi.
Baca Juga: Ramalan Zodiak 4 November 2021 Aries, Taurus, Scorpio dan Sagittarius
Baca Juga: Dana Pilgub Jabar 2024 Diminta Dikaji Kembali, Ada Masalah Apa?
“Hasilnya penanganan lebih efektif. Setelah tiga tahun Citarum bukan lagi sungai terkotor dan kami bisa menjelaskan dan membuktikan data-datanya. Berkat pentaheliks ini semua merupakan tanggung jawab bersama,” kata Ridwan Kamil dalam keterangan yang diterima, Rabu 4 November 2021.
Ridwan Kamil menyebut, penanganan Citarum lebih gencar dan masif sejak terbit Peraturan Presiden Nomor 15/2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.
Satgas Citarum Harum kemudian menerjemahkan ke dalam 12 program strategis, mulai dari penanganan limbah domestik, industri, dan penegakan hukum dilakukan guna membuktikan bahwa penanganan Citarum itu tidak main-main.
Dalam penanganan sampah plastik misalnya, Jabar menerapkan circular economy di mana dari sampah plastik masyarakat maupun pengusaha dapat keuntungan finansial. Selain bank sampah, di Jabar pun telah memiliki pabrik pengolahan botol plastik yang dihasilkan botol air mineral kembali.
Baca Juga: Diguyur Hujan Deras, Tiga Kecamatan di Ciamis Diterjang Longsor
Baca Juga: Rawan Terjadi Kecelakaan laut, Pemkab Pangandaran Bakal Terbitkan SOP Pantai Karapyak
Pabrik tersebut, sambungnya, tidak hanya menerima botol air mineral dari wilayah Jabar saja melainkan dari Bali dan juga Sulawesi Selatan. Pasalnya pabrik pengolahan botol air mineral tersebut hanya satu-satunya di Indonesia.
“Kami juga memastikan mengedukasi masyarakat agar jangan takut untuk membeli botol minuman dari botol daur ulang,” ucapnya.
Baca Juga: Jelang ASO, KPID Diminta Harus Mampu Menjawab Tantangan Penyiaran di Jawa Barat
Baca Juga: Musim Hujan, Uu Ruzhanul Ulum Minta Masyarakat Waspada dan Siaga Bencana
Ridwan Kamil berharap mendatang semua provinsi memiliki pabrik daur ulang botol plastik air minum.
Salah satu komunitas lingkungan yang mendukung Satgas Citarum Harum adalah Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) yang juga mengapresiasi apa yang disampaikan Gubernur di forum internasional tersebut.***