JABARNEWS | PURWAKARTA – Yayasan Hade Rancage Citalaga bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI Menggelar kegiatan Penguatan Moderasi Beragama.
Acara yang diusung merupakan Pelatihan Penguatan Implementasi Moderasi Beragama di Sekolah di gelar di Hotel Harper Purwakarta, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, pada 13 November hingga 15 November 2021.
Ketua Yayasan Hade Rancage Citalaga, Deni Ahmad Haidar mengatakan, kegiatan ini bagian dari upaya untuk mewujudkan pendidikan yang Wassathiyah dengan nilai islam rahmatan lil’alamin dan nilai pancasila.
Baca Juga: Bantu Ketersediaan Stok Darah, Satpolair Polres Purwakarta Lakukan Ini
Baca Juga: Bikin Geger Warga Purwakarta, Seekor Buaya 1,5 Meter Berkeliaran di Pondok Pesantren Ini
“Kegiatan ini merupakan kegiatan perdana yang dilaksanakan di kabupaten Purwakarta. Sasaran dari kegiatan ini yaitu para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat SMA sederajat di Lingkungan Kabupaten Purwakarta yang berjumlah 40 orang,” ucap Kang Deni, pada Selasa, 16 November 2021.
Baca Juga: Mengenal Manfaat Paranet Jika Dipasang di Rumah
Baca Juga: Target Bjb Salurkan KPR, Tercatat Hingga Desember 2021 Sebanyak 5.7000 Unit Rumah
Ia berharap agar kegiatan ini menjadikan guru-guru PAI sebagai agen dalam meyuarakan moderasi beragama.
“Moderasi Beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat mengimplementasikannya,” ungkap Ketua Gerakan Pemuda Ansor Pimpinan Wilayah Provinsi Jawa Barat itu.
Kang Deni juga menerangkan adanya pemahaman konsep sejarah sebagai nilai juang yang perlu ditransformasi ke dalam bahasa modern sehingga peserta didik lebih tertarik.
“Anak-anak kita seharusnya disibukan dengan kegiatan produktif seperti berwirausaha, memicu semangat mereka dengan meneladani Nabi Muhammad SAW yang merupakan seorang ekportir, bukan lagi berbicara bahwa Rasul itu berdagang, karena Rasulullah pada masanya sudah melakukan transaksi jual beli antar negara,” beber dia.
Baca Juga: IDC 2021 Jabar: Bekat Digitalisasi, Orang Tetap Tinggal di Desa Rejeki Kota, Bisnis Mendunia
Baca Juga: Vaksinasi Lansia di Kota Tebing Tinggi Rendah, Hanya 39,79 Persen
Sementara, Ketua Yayasan Bina Alumni Mata Air yang juga sebagai pemateri pakar, Abdurrahman S. Fauzi, menyampaikan bahwa dalam melakukan upaya penguatan moderasi beragama haruslah dengan memahami antropologi SDM yang ada di wilayah tertentu.
“Mengapa paham esktrem dan radikalisme cepat menyebar, karena para pembawanya (yang mempengaruhi) tidak langsung secara gamblang menjelaskan kegiatan-kegiatan ekstrem, akan tetapi di awali dengan membicarakan minat target (orang) dan menjadikannya merasa ada kecocokan,” ungkap Abdurrahman.
Kegiatan ini, kata dia, juga merupakan pemantik dan pengingat bahwa kondisi yang tengah terjadi perlu diperhatikan dan dievaluasi.
Baca Juga: Vaksinasi Lansia di Kota Tebing Tinggi Rendah, Hanya 39,79 Persen
“Apabila dibiarkan akan menjadi infeksi yang cepat menular. Maka dari itu, diharapkan kegiatan ini bisa menjadi langkah awal dalam menyebarluaskan paham moderasi beragama untuk mempertahankan warisan kemerdekaan dan keseimbangan yang diberikan oleh para pahlawan terdahulu,” pungkasnya. (Gin)