JABARNEWS | PURWAKARTA – Usia senja merupakan waktu bagi seseorang untuk menikmati masa tuanya bersama keluarga. Namun, tidak dengan Oci, seorang pria paruh baya berusia 59 tahun yang tinggal di sebuah gubuk terbuka di Kampung Cikukulu, Desa Selaawi, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta.
Pria yang akrab disapa Mang Oci yang memiliki kesulitan berkomunikasi sejak kecil tersebut tinggal sendiri di gubuk itu setelah ditinggalkan sang ibu yang meninggal pada 20 tahun silam. Hal tersebut merupakan potret kemiskinan di Kabupaten Purwakarta.
Kemiskinan di Kabupaten Purwakarta tergambar dari tempat tinggal Mang Oci. Dia tinggal di gubuk seluas 4×6 meter persegi yang dibangun di lahan milik kerabatnya tersebut dengan bahan kayu, barang bambu dan hanya tertutup sebagian, selebihnya terbuka.
Baca Juga: 3 Makanan Ini Dipercaya Bisa Mempercepat Haid Pada Wanita
Kesengsaraan Mang Oci semakin bertambah, kala jauh dari kehangatan keluarga serta anak cucu, Mang Oci menjalani hidup dengan seadanya. Kondisi tersebut menjadi bukti adanya kesenjangan sosial dan kemiskinan di Kabupaten Purwakarta.
Bahkan, tidak jarang kakek berusia lebih dari setengah abad ini nampak melamun dalam kesepian dan kesendirian, terlebih ia mengalami gangguan jiwa ringan atau Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).
Baca Juga: Pria di Tasikmalaya Ini Nekat Curi Kotak Amal untuk Biaya Pulang Kampung
Baca Juga: Masker Wajah yang Bisa Menghilangkan Kulit Keriput Dengan Bahan Alami
Diceritakan, Ketua RT.19/10, Desa Selaawi, Kecamatan Pasawahan, Otang (50), Mang Oci memiliki kekurangan dalam berkomunikasi atau gangguan jiwa ringan sedari dulu.
“Sebenernya mang Oci bisa berbicara, cuma kesulitan berkomunikasi dan karena faktor usia juga yang mengakibatkan pendengarannya terganggu. Jadi kalau ngomong harus keceng, mang Oci pasti paham dengan apa yang di bicarakan,” ucap Otang, saat ditemui di Gubuk milik mang Oci, pada Kamis, 25 November 2021.
Akibat kekurangan itu, membuat Mang Oci hingga saat ini belum menikah, sehingga dirinya tinggal di gubuk tersebut sendirian.
Otang menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mang Oci itu bekerja sebagai pemulung di sekitar Desa Selaawi.
Baca Juga: Ridwan Kamil Sebut 2,6 Juta UMKM Jabar Sudah Terkoneksi Digital
Baca Juga: Empat Cara Mempercantik Warna Ikan Cupang
“Untuk makan sehari-hari Mang Oci mengandalkan hasil dari penjualan barang bekas yang dia kumpulkan. Tapi kadang-kadang dia suka minta makan ke rumah saya,” ucap Otang yang merupakan keponakan dari Mang Oci.
Soal gubuk yang ditinggali mang Oci, Otang mengaku sudah mengusulkan kepada pemerintah desa agar masuk dalam program rutilahu.
Baca Juga: Kisah Mang Oci, Pria Paruh Baya di Purwakarta: Tinggal di Gubuk Terbuka, Tanpa Kehangatan Keluarga
Baca Juga: Hari Guru Nasional, Gerakan Mahasiswa Pasundan Soroti Darurat Kesejahteraan dalam Pendidikan
“Saya sudah usulkan rumah mang Oci ini ke Pemerintahan Desa agar dapat bantuan Rutilahu, namun ada yang lebih membutuhkan jadi dialihkan ke orang lain dulu. Bahkan untuk kamar mandi di rumah Mang Oci ini dibuatkan Pak Babinsa waktu itu,” ucap Otang.
Otang berharap ada dermawan ataupun pihak tertentu yang bisa memberikan bantuan pembangunan rumah, agar Mang Oci bisa memiliki tempat tinggal yang layak untuk ditempati. Serta memberikan bantuan lainnya untuk hidup.
“Kami tidak mungkin bisa membangunkan gubuk yang layak, makanya kami berharap ada dermawan ataupun pihak terkait yang bisa memperbaiki rumah Mang Oci ini agar layak ditempati,” harap Otang.
Diketahui, saat ini Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kabupaten Purwakarta tengah melakukan open donasi untuk membantu memperbaiki gubuk yang ditinggali oleh Mang Oci. (Gin)