Pakar Unpad: Erupsi Gunung Semeru Diakibatkan Ada Dua Gaya Ini, Bukan Tiba-tiba

JABARNEWS | BANDUNG – Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Jawa Barat, Prof Dr Nana Sulaksana mengatakan banjir lahar yang terjadi saat Gunung Semeru mengalami erupsi salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem.

“Jadi letusan kemarin bukan tiba-tiba, tapi memang sudah terjadi letusan kegiatan magmatisme jauh sebelumnya. Hanya kemarin saat letusan besar, secara kebetulan bersamaan dengan curah hujan tinggi,” kata Nana dalam keterangan resmi Unpad di Bandung, Senin 6 November 2021.

Menurutnya dampak besar dari erupsi Gunung Semeru diakibatkan adanya dua gaya yang bekerja, yaitu endogen dan eksogen. Gaya endogen terjadi dari aktivitas magma yang mendorong material vulkanik naik ke permukaan, sedangkan gaya eksogen diakibatkan hujan ekstrem.

Baca Juga:  Ridwan Kamil Mau Alihkan Anggaran Rp140 Miliar Buat Penanganan COVID-19

Baca Juga: Adik Ipar Mendiang Vannesa Anggel Masih Jadi Buah Bibir, Kini Ungkap Pernyataan Mengejutkan

Baca Juga: Ambu Anne: Sekitar Tiga Persen Lagi dari Target Vaksinasi Lansia di Purwakarta

Material vulkanik yang tertumpuk di kubah menurutnya secara langsung bersentuhan dengan air hingga akumulasi material tersebut kemudian dialirkan oleh air dan hanyut ke bawah melalui lembahan dan sungai-sungai. Akibatnya, kata dia, banjir lahar mampu menyapu kawasan di lembahan Semeru.

Baca Juga: Sepuluh Tahun Putusan MA Kasus Mamin Pemkab Purwakarta ‘Terselip’, Kenapa Bisa Terjadi?

Baca Juga: Soal Pemotongan BLT DD di Cianjur, Herman Suherman: Bansos Apapun Tidak Boleh Disunat

Baca Juga:  Lantik Pengurus FPSH HAM Pangandaran, Ini Pesan Bupati

“Kalau tidak ada hujan, maka seluruh material yang keluar sifatnya belum langsung menjadi lahar. Ini karena musim hujan, kebetulan hujan besar, material yang teronggok di atas terkena air, dan hanyut ke sungai,” katanya. Adapun menurutnya letusan Semeru memiliki karakter sendiri. Hal ini disebabkan, setiap komplek gunung berapi di Indonesia memiliki dapur magmanya tersendiri.

“Antara satu gunung api dengan yang lain sebenarnya berbeda. Karena itu, karakternya juga berbeda karena kandungannya berbeda,” kata dia.

Dilihat dari tipe letusan berdasarkan hasil penelitian dan historis, dia mengatakan Gunung Semeru secara spesifik memiliki erupsi yang besar.

Baca Juga:  Antisipati Hoax, Wabup Majalengka Ajak Masyarakat Bijak Sikapi Medsos

Setelah itu, ia memprediksi gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut kemudian akan tertidur kembali.

Baca Juga: Soal Pemotongan BLT DD di Cianjur, Herman Suherman: Bansos Apapun Tidak Boleh Disunat

Baca Juga: Mulai dari Air Bersih Hingga Kemacetan Jadi Keluhan Warga di Kabupaten Bandung kepada DPRD Jabar

Status gunung berapi, menurutnya kemudian akan berubah berdasarkan data yang diamati dan direkam di stasiun pengamatan. Pergerakan aktivitas gunung berapi juga menurutnya dilakukan berdasarkan historis erupsi sebelumnya.

“Jadi, karakter erupsi gunung berapi itu tidak bisa disamakan dengan gunung berapi lainnya,” kata Nana. ***