PSI Sebut Indonesia Tidak Butuh Guru Besar yang Kerdil, Maksudnya Apa?

Juru bicara DPP PSI Furqan AMC. (Foto: Istimewa).

Lebih lanjut Furqan yang juga aktivis 98 ini menjelaskan, “Kapitalisme telah membuat pendidikan menjadi industri. Tujuan mulianya untuk mencetak sumber daya manusia bermutu, telah ditelikung menjadi sekedar reproduksi status demi penetrasi pasar.

Baca Juga:  Soal Guru Besar yang Tolak RUU Kesehatan Hanya Termakan Provokasi Hoaks, Kemenkes: Mereka Tidak Tabayun!

Furqan mempertanyakan, jika untuk guru besar saja jamak terjadi modus perjokian, tak terbayangkan bagaimana skripsi di strata satu.

Temuan investigasi kompas mengungkap, perjokian di dunia akademik tersebut melibatkan pejabat struktural (petinggi) kampus, calon guru besar, dosen hingga mahasiswa. Diduga salah satu motifnya untuk mendongkrak angka kredit dan meningkatkan akreditasi kampus.

Baca Juga:  Remaja Tanggung Tergelatak Bersimbah Darah, Polisi: Korban Tawuran

Pemerintah dikabarkan telah menolak 4.862 (64 persen) calon guru besar dari 7.598 calon dengan berbagai alasan. Di antaranya karena karya ilmiah yang dilampirkan sebagai syarat pencalonan terbit di jurnal yang tidak berkualitas dan relevansi keilmuan yang tidak cocok. Namun yang lebih parah ditemukan indikasi pelanggaran etika akademik. (Red)

Baca Juga:  PSI Bersorak Ria, Gorden Mewah DPR RI Akhirnya Dibatalkan