“Kebetulan tadi malam saya ada di sana, salah satu yang menonjol di sana adalah bagaimana skrining tiket hanya dilakuka satu lapis saja. Kalau menurut saya sebaiknya dilakukan beberapa lapis,” ucap Arlan.
Berdasarkan pengamatannya, tingginya animo penonton ini malah disambut dengan mudahnya para penjaga tiket yang meloloskan penonton tak bertiket. Hal ini mengakibatkan stadion penuh, sementara para penonton bertiket menumpuk memaksa masuk sehingga terjadi aksi saling berdesakan.
“Saya melihat banyak aparat penjaga tiket atau local strongman di sana yang kemudian masih dengan mudah memanipulasi sesuatu penonton yang tidak memiliki tiket sehingga dia bisa masuk dengan cara-caranya sendiri. Ini harus menjadi evaluasi tersendiri buat Panpel,” kata Arlan.
Namun demikian, Arlan juga menyoroti perilaku para suporter yang tidak memiliki tiket tapi terus memaksa masuk ke stadion. Menurutnya, pada malam peristiwa itu tidak seluruhnya salah Panpel.
“Ini yang harusnya kita pelajari, bukan mencari kambing hitam di antara apakah itu panpel, manajemen ataukah itu supporter. Semua harus berkumpul bareng harus saling menjaga komitmen bahwa dalam sebuah pertandingan sepakbola harus saling mendukung,” pungkasnya. (Red)