“Peran Tjokro dan Ahmad Dahlan sangat penting dalam sejarah Bung Karno memahami Islam. Bung Karno belajar tentang sosialisme Islam dari Tjokroaminoto, dan pembaruan serta pentingnya ijtihad dari Ahmad Dahlan,” ujar Muchlas.
Soekarno sepakat dengan dialog K.H. Ahmad Dahlan mengenai Islam dengan rasional dan kerakyatan. Dari sinilah, pemikiran Islam Progresif Bung Karno lahir.
Tak hanya pemikiran, Bung Karno bahkan sempat aktif menjadi pengurus Muhammadiyah di Bengkulu, semasa pengasingan.
Puncak hubungan mesra Bung Karno dengan Muhammadiyah adalah ketika masa pengasingan di Bengkulu. Selain aktif sebagai Ketua Dewan Pengajaran Muhammadiyah, Bung Karno juga menikah dengan putri Tokoh Muhammadiyah Bengkulu, Hasan Din.
“Dialah Ibu Fatmwati, perempuan di balik bendera merah putih yang seringkali sama-sama kita tinggikan (merah putih). Nafas dan gerak Bung Karno pun sejak itu, tak lepas dari hal-hal yang diajarkan Muhammadiyah,” ujarnya.