“Jika memang betul itu dibuat tahun 1904 dengan aksara carakan atau cacarakan maka bisa jadi pembuat nisannya adalah orang Jawa atau orang Sunda yang menguasai aksara carakan,” kata Irman dikutip JabarNews.com dari sukabumiupdate.com, Sabtu (18/6/2022).
“Karena memang aksara tersebut masih ada yang menggunakan saat itu di Sukabumi, meski sedikit. Sedangkan aksara Sansekerta, Kawi dan se-zamannya sudah tidak lazim digunakan,” tambahnya.
Dia menduga, tempat tersebut merupakan Pemakaman umum bagi sesepuh-sesepuh jaman dulu.
Lebih lanjut, Irman menyatakan bahwa budaya prasasti dengan aksara kuno tahun 1904 itu sudah jarang, karena sudah beralih ke kertas atau daluang.
Irman menyebutkan, tahun tersebut juga biasanya menggunakan aksara Arab bagi orang muslim atau aksara latin untuk nisan karena masa itu adalah masa kolonial Belanda dimana aksara latin sudah umum dan aksara Arab masih digunakan.