“Untuk kasus DBD setiap bulan mengalami fluktuasi, namun demikian yang paling penting adalah pencegahan seperti melakukan pemberantasan sarang nyamuk,” ujarnya.
Masih menurut Wita, Kelurahan Nanggeleng, Cisarua, Baros, Benteng, dan Subang Jaya menjadi lima kelurahan dengan jumlah kasus DBD tertinggi di wilayah Kota Sukabumi.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan terutama karena adanya potensi peningkatan kasus DBD pada bulan April ini.
Informasi dari rumah sakit dan klinik kesehatan di Kota Sukabumi mengindikasikan bahwa beberapa warga masih dalam perawatan akibat DBD.
Di kesempatan tersebut, Wita menekankan pentingnya upaya pencegahan, termasuk pemberantasan sarang nyamuk.
Dinkes Sukabumi mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran DBD dengan memperkuat koordinasi lintas sektor hingga tingkat kelurahan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Masyarakat juga diimbau untuk aktif dalam menjaga lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD.
Langkah-langkah yang disarankan antara lain membersihkan genangan air secara rutin, menguras tempat penampungan air, menggunakan losion anti-nyamuk, mengubur barang bekas, menggunakan kelambu saat tidur, dan meminta bantuan Dinkes untuk melakukan pengasapan atau fogging.
Meskipun pengasapan hanya efektif membunuh nyamuk dewasa, PSN tetap harus dilakukan untuk memastikan jentik nyamuk juga tereliminasi.
Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit yang mematikan ini, peran serta aktif seluruh lapisan masyarakat menjadi kunci utama. Dengan kesadaran dan tindakan bersama, diharapkan penyebaran DBD di Kota Sukabumi dapat ditekan dan kendali atas situasi ini dapat diambil dengan efektif. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News