“Faktornya masalah keluarga. Karena kemarin pandemi juga, mungkin sekarang masih sulit mencari pekerjaan setelah terkena pemutusan hubungan kerja, sehingga tingkat stres terakumulasi dan terjadilah kekerasan,” ucapnya.
Ani menyebutkan, angka faktual kasus kekerasan perempuan dan anak diprediksi lebih banyak mengingat cukup banyak korban yang tidak memiliki keberanian untuk melapor.
“Cukup banyak kasus kekerasan perempuan dan anak yang tidak terdeteksi karena korban tidak berani lapor,” tuturnya.
Ani memastikan bahwa pihaknya akan memberikan perlindungan kepada korban kekerasan yang berani melaporkan tindak kekerasan yang dimaksud bahkan pihaknya juga telah menyediakan rumah singgah bagi korban.
“Laporkan kepada kami, kami pastikan akan melindungi setiap pelapor yang datang ke kita,” ujarnya.