“Semua harus melakukan edukasi kepada masyarakat, secara bersama-sama, begitu pun guru kepada murid-muridnya,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Ayu, penanganan tengkes saat ini harus berbasis data, by name by address, sehingga bisa fokus pada target sasaran.
Tidak hanya itu, edukasi harus dilakukan juga kepada remaja putri, karena mereka adalah calon pengantin yang kelak akan melahirkan anak-anak, dan tentunya harus sehat sejak sebelum menikah, agar dapat melahirkan balita menuju generasi emas yang bebas tengkes.
“Jangan sampai remaja putri sudah terkena anemia akibat kekurangan gizi, yang dampaknya ketika menikah nanti dan memiliki keturunan di kemudian hari, bisa melahirkan anak dalam kondisi stunting,” ujarnya.
Ayu pun berharap, agar para calon pengantin sebaiknya diberikan edukasi selama 3 bulan. Mengingat pencegahan tengkes harus dengan edukasi menyeluruh, untuk memberikan pengetahuan pencegahan tengkes kepada calon pengantin.