Sementara itu Pimpinan Sanggar Seni Campaka Ligar, Rosma Delisma Kurniati selaku pimpinan delegasi ke Malaysia mengaku sudah berikhtiar ke berbagai pihak agar ada bantuan untuk keberangkatan 10 siswa didiknya tersebut.
“Tujuannya guna meringankan beban para orang tua yang notabene berasal dari masyarakat pedesaan yang memiliki keterbatasan biaya,” kata Rosma.
Di kesempatan yang sama Koordinator Bela Purwakarta, Aa Komara Cakradiparta mengatakan kegiatan yang tidak dibiayai APBD beresiko tidak mendapat support system. Atas dasar itu, perlu terobosan lain dalam membiayai kegiatan tersebut.
“Ini kejadian yang kesekian kalinya ketika ada masyarakat yang hendak mengikuti suatu program di luar negeri tidak tercover, karena memang tidak terdapat dalam nomenklatur mata anggaran APBD,” jelasnya.
Di sisi lain, kata Komara, pihaknya melihat fakta bahwa para penari ini merupakan representasi dari sumber daya manusia desa yang kreatif, progresif, dan prestatif.
“Di sini ada kepentingan desa yang lebih luas lagi ke depannya jika stake holder desa bisa mengelola momentum ini sebagai kebangkitan desa di segala sector,” tandas Aa Komara.
Masih menurut Aa Komara, meski ini dalam bentuk event seni budaya, jika diperluas anak—anak bisa membawa misi kepentingan ekonomi pedesaan. “Misal produk BUMDes bisa turut terpromosikan dan selanjutnya berpeluang terpasarkan di Malaysia,” tuturnya.
Begitu pun dalam hal kepariwisataan, apalagi di Purwakarta terdapat beberapa BUMDes yang memfokuskan dalam pengembangan destinasi wisata, berupa desa wisata di wilayahnya. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News