Selain berubah warna, Nur juga menyebut bahwa air PAM tersebut memiliki bau yang tidak sedap. Bahkan ia mengalami rasa gatal yang sangat mengganggu setelah menggunakan air PAM untuk keperluan sehari-hari.
Tak hanya itu, suplai air PAM ke rumahnya memiliki warna hijau dan bau yang tidak sedap dalam beberapa hari terakhir.
Untuk mengobati penyakit kulitnya, Nur harus mengeluarkan biaya sebesar Rp2 juta. Saat itu dokter mengatakan bahwa penyakit kulitnya disebabkan oleh air PAM. Dia juga menekankan bahwa banyak kasus serupa telah terjadi sebelumnya.
“Kata dokter enggak cuma saya, sudah banyak dari kemarin kasusnya,” tandasnya seperti dikutip Tempo.co.
Nur sekarang telah memutuskan untuk tidak lagi menggunakan air PAM dan memilih untuk membuat sumur air tanah sebagai sumber air di rumahnya. Dia sangat kecewa dengan pelayanan PDAM, terutama setelah membayar tagihan air yang mahal dan mendapatkan air yang berkualitas buruk.
Menurutnya, tarif air PAM yang tinggi telah berlipat-lipat menjadi Rp 160 ribu hingga 200 ribu, tetapi kualitas airnya sangat buruk. Dia merasa frustasi karena merasa tidak mendapatkan solusi atau kompensasi yang memadai dari pihak PDAM.
Saat ini, Kali Bekasi, yang merupakan sumber air baku PDAM, sedang tercemar oleh limbah industri. Air Kali Bekasi berwarna hitam dan berbau tidak sedap.
Pihak PDAM bahkan terpaksa tidak memproduksi air selama tiga hari karena kondisi air yang tercemar, sehingga sekitar 40 ribu pelanggan air PAM di Kota Bekasi terdampak dan terpaksa membeli air isi ulang untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci pakaian. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News