JABAR NEWS | PURWAKARTA – Giliran warga Sukamukti, Kecamatan Maniis, Purwakarta yang kini bisa “Tersenyum Lebar” menikmati mulus dan panjangnya jalan yang baru dibangun oleh pemerintah daerah setempat.
Jalan yang dikenal dengan pembangunan jalan Lingkar Barat Purwakarta ini, telah mengakhiri penderitaan warga di Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Maniis.
Karena selama puluhan tahun, mereka terisolasi akses jalan darat oleh karena dibangunnya bendungan Ir. H. Djuanda Jatiluhur. Selama itu pula telah memaksa warga menggunakan akses perahu di Waduk Jatiluhur hanya untuk sampai ke Kota Purwakarta.
“Seumur saya hidup di Sodong, harus naik perahu pak, untuk ke Kota Purwakarta. Berlabuhnya di Desa Galumpit, Kecamatan Tegalwaru. Baru bisa naik angkutan umum menuju Kecamatan Plered,” terang Roni Rusmana (25), pemuda, Kampung Sodong, Desa Sukamukti, Senin (04/09/2017).
Namun kini menurut Roni, pembangunan akses jalan darat yang 100 persen selesai dibangun dengan betonisasi. Hingga memudahkannya beraktivitas baik perekonomian maupun aktivitas pendidikan anak-anak di Kampung Sodong.
Jika mengambil rute dengan perahu, warga perlu waktu tambah untuk mencapai bibir waduk di desa sebrang (Desa Galumpit). Sementara dengan mengakses jalan darat walau rutenya melingkar menuju pusat Kecamatan Maniis, namun hanya butuh waktu 10 menit perjalanan.
“Warga bisa menghemat waktu, kalau naik perahu bisa 30 menit, belum lagi biaya ongkos perahunya lumayan mahal. Tapi sekarang enak, bisa pakai kendaraan sendiri, hemat biaya dan hemat waktu juga,” tambah Roni.
Pembangunan Jalan Lingkar Barat Purwakarta dimulai sejak tahun 2015 lalu yang menghubungkan mulai Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Sukasari dan terakhir di Kecamatan Maniis.
Panjang jalan yang dibangun kurang lebih 57 KM dan menghabiskan anggaran APBD Purwakarta multiyears sejak tahun 2015, 2016 dan 2017 senilai lebih dari 100 Milyar rupiah.
Pembangunan jalan ini terbilang cukup menyedot anggaran APBD Purwakarta yang hanya 2,3 Trilyun rupiah. Sebabnya, jalan yang dibangun bukan sekedar memperbaiki jalan yang sudah ada. Namun harus membuka hutan dengan alat berat.
“Ini kan dulunya ga ada jalan. Hutan semua. Kita buka hutan ini dengan mengerahkan alat berat. Alhamdulillah kini sudah tahap pengerasan dibeberapa titik. Sisanya sudah selesai di beton dan digunakan warga. Sudah 95 persen beres lah,” jelas Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi saat menggelar Shalat Idul Adha di kampung Sodong, Kecamatan Maniis beberapa waktu lalu.
Dalam sambutan saat Shalat Idul Adha dihadapan warga Desa Sukamukti, Dedi berpesan agar warga bisa menjaga kondisi jalan yang baru ini dengan menggiatkan kebersihan lingkungan.
Menurutnya, besarnya anggaran pembangunan jalan ini harus dimanfaatkan betul oleh warga untuk membantu distribusi perekonomian warga sendiri. Termasuk untuk kepentingan pendidikan dan kesehatan warga.
“Intinya kan bangun jalan itu untuk membantu meningkatkan ekonomi warga, hasil alam gampang didistribusikan, anak-anak terbantu transportasi darat untuk sekolah dan warga yang sakit dimudahkan berobat. Jalan ini harus dijaga kebersihannya, jangan ada rumput yang tumbuh ke badan jalan, nanti kalau hujan gampang rusak”, pesan Dedi kepada warga.
Lebih jauh, memaknai sejarah Idul Qurban, Dedi meminta warga harus meneladani perjuangan Nabi Ibrahim AS. yang dengan lapang dada mengiklhlaskan anaknya Nabi Ismail AS. untuk disembelih sesuai perintah Allah SWT. Dedi pun mengaitkannya dengan keberadaan jalan yang baru dibangun ke desa sukamukti itu.
“Sejarah ini kan maknanya agar kita bisa menyembelih nafsu amarah kita, sifat kekanak-kanakan kita sembelih. Lalu apa hubungannya dengan jalan yang baru ini?. Saya berpesan sembelihlah nafsu amarah kita yang ingin membeli motor, membeli kendaraan dengan cara menjual tanah kita sendiri. Tidak boleh itu,” tegasnya.
Pesan Dedi ini tentu beralasan, menurutnya pembangunan jalan yang dilakukan pemerintah daerah dipelosok Purwakarta, telah berakibat perpindahan kepemilikan atas tanah yang tadinya dimiliki warga sekitar, menjadi milik pengusaha dan orang kaya dari luar purwakarta.
“Kampung sodong yang indah ini dengan kekayaan hutannya, sawah-sawahnya dan sebagian danau jatiluhur yang indah, akan menjadi percuma jika tanahnya dikuasai oleh pemilik modal di luar Purwakarta. Maka saya berpesan, jagalah alam ini. Karena saya memimpin tinggal beberapa bulan, tapi bapak bapak dan ibu-ibu menjaga tanah ini seumur ibu dan bapak dan harus kita wariskan lagi pada anak cucu kita,” tegas Dedi menutup sambutannya. (Red)
Jabar News | Berita Jawa Barat