“Jadi masalah kenaikan harga minyak goreng ini terjadi sejak akhir tahun lalu. Setelah harganya ditekan sampai Rp14 ribu per liter, persediaannya malah langka di pasaran. Lalu sekarang harganya kembali naik seperti semula walaupun persediaan melimpah,” jelasnya.
Menurut Tobias, ketidakjelasan dalam tata kelola distribusi minyak goreng ini akhirnya menyulitkan masyarakat, terutama pelaku UMKM yang menggunakan minyak goreng dalam usahanya.
Selain itu, pihaknya juga menerima keluhan masyarakat mengenai kenaikan harga kedelai yang sempat mempengaruhi usaha perajin tahu dan tempe sampai isu kenaikan harga daging sapi dan kelangkaan gula pasir yang juga sempat terjadi.
Kemudian kekhawatiran masyarakat akan kenaikan harga bumbu dan sayuran yang biasanya terjadi menjelang Bulan Suci Ramadhan sehingga pemerintah diminta proaktif menyelesaikan permasalahan pangan ini di lapangan.
“Dan masyarakat utamanya mengaku kesulitan mendapat minyak goreng sampai harus antre, apalagi harganya sekarang kembali naik di pasaran,” tuturnya.