Harian Al Shabah, koran terpopuler di Tunisia edisi 30 Maret 2023 menulis dalam salah satu kolomnya dengan judul, “Resmi.. FIFA Cabut Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 dari Indonesia”. Footbal Tunisien dalam halaman resmi Facebooknya memposting berita yang sama. Menariknya, warga Tunisia justru merespons berita ini dengan positif.
Akun bernama Hassin Chkioua, pada kolom komentar akun facebook Footbal Tunisien menulis, “Segenap ucapan terima kasih, penghargaan, dan penghormatan untuk Indonesia”. Begitu juga akun bernama Samir Slimani mengatakan, “Sikap terhormat”. Dan masih banyak lagi pujian dan penghormatan untuk Indonesia dengan poin yang sama, yaitu keteguhan Indonesia dalam membela Palestina dan menentang penjajahan Israel.
Tentu, dunia seharusnya tidak menutup diri, bahwa sampai saat ini Israel masih terus merampas hak-hak bangsa Palestina, bangsa yang termasuk paling awal dalam mengakui kemerdekaan Indonesia. Zionis Israel masih terus melakukan pembunuhan, penindasan, dan perbuatan zhalim lainnya yang sungguh pun menodai kemanusiaan dan keadilan.
Tak heran, jika bangsa Arab yang membuka mata atas kebiadaban Zionis Israel itu merasa hormat dan bangga kepada Indonesia. Sampai Mohammed Abou Treka, pesebak bola legendaris asal Mesir juga ikut berkomentar. Ia mengatakan, “Sikap Indonesia sangat terhormat, tegas, dan harus diapresiasi. FIFA, jika anda tidak punya malu hendaklah bersikap semaumu. Gerakan Zionisme merupakan wabah bagi dunia, dan saatnya dienyahkan. Faktanya, gerakan Zionisme masih menguasasi FIFA”. Komentar tegas Abou Treka pun diposting di akun Instagram Quds Network, jaringan media yang berdomisili di Ramallah, Palestina.
Selain itu, ada salah satu komentar yang dilontarkan oleh akun yang bernama @yasserabusalem. Ia mengatakan, “Saya bersumpah, pemerintah Indonesia dan rakyatnya memiliki kemuliaan dan kehormatan dibanding pemerintah negara Arab”. Komentar ini menarik dan seperti menegaskan bahwa Negara Arab pun yang satu etnis, sudah tidak vokal lagi dalam membela Palestina, kemudian Indonesia, negara yang jauh dari episentrum konflik Palestina-Israel, ternyata masih terus vokal dalam membela Palestina, meskipun harus menomorduakan kepentingan negerinya.