Saatnya Indonesia Menjadi Contoh Bagi Dunia Arab
Komentar di atas mengingatkan penulis pada kolom yang ditulis oleh Sufyan Rojab, Jurnalis terkenal Tunisia pada Harian Al-Shabah beberapa bulan lalu. Sufyan mengatakan, bahwa tidak ada lagi yang diharapkan dari negara-negara Arab. Ia menyoroti peristiwa KTT Liga Arab yang digelar di Aljazair pada November 2022 lalu.
KTT Liga Arab yang di antaranya membahas krisis Palestina dan ketahanan pangan itu justru tidak disambut dengan baik dan serius oleh negara-negara Arab dengan beberapa pemimipin negara Arab yang tidak hadir. Bagi Sufyan, KTT Liga Arab itu telah gagal sebelum dimulai. Ia mengatakan, bahwa solidaritas di negara Arab itu sudah lemah dan rapuh. Setiap negara-negara Arab lebih fokus pada kepentingan nasionalnya (national interest) dibanding kemaslahatan bersama bangsa-bangsa Arab.
Padahal, yang dibutuhkan dunia Arab saat ini, sebelum yang lain, adalah persatuan. Dengan persatuan, kata Sufyan, bangsa Arab mampu keluar dari segala krisis dan masalah yang menimpa, seperti perang Suriah, perang Yaman, ketahanan pangan dan energi, perubahan iklim, krisis di beberapa negara Arab, dan termasuk yang juga sangat penting adalah konflik Palestina-Israel.
Akan tetapi, fakta yang terjadi di negara-negara Arab adalah, bahwa ketika kemaslahatan bersama dunia Arab dibenturkan dengan kepentingan nasional (national interest) masing-masing, maka yang dipilih oleh masing-masing negara Arab adalah kepentingan nasionalnya sendiri. Sehingga, sikap yang ditampilkan oleh setiap pemimpin negara Arab adalah egoisme dan ketidakpedulian pada kemaslahatan universal dunia Arab.
Maka itu, sangat wajar ketika berita batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, lalu dikenal karena keteguhan Indonesia pada konstitusinya untuk menentang segala bentuk penjajahan, masyarakat Arab meresponsnya dengan bangga dan penuh hormat. Sehingga ada salah satu komentar yang mengatakan agar negara-negara Arab menjadikan Indonesia sebagai contoh.